Daftar Penulis Buku Jalan Menuju Dokter Muslim/ JMDM

Alhamdulillah, melalui sayembara yang saya adakan beberapa waktu lalu telah terpilih tulisan-tulisan terbaik yang insyaAllah menginspirasi kita semua. Tulisan-tulisan ini menggambarkan kisah nyata yang dialami penulis selama menjalani pendidikan kedokteran. Perjalanan dan lika-liku selama menjalani pendidikan kedokteran ini semakin mendekatkan diri para penulis pada Sang pencipta, membuat para penulis ini semakin menggagungkan kebesaraan Allah, hal ini tergambar dari tulisan-tulisan yang terangkum dalam buku JALAN MENUJU DOKTER MUSLIM : Catatan Harian Calon Dokter. Atau yang populer dengan sebutan JMDM.

"Buku ini adalah kumpulan kisah nyata mahasiswa kedokteran selama menjalani pendidikan. Cerita-cerita nyata yang menggugah dan menginspirasi. Buku ini menguak sisi lain dari pendidikan kedokteran. Para penulis mengingatkan kita kembali untuk menjadi dokter yang tidak hanya sekedar dokter. Tapi lebih dari itu. Dokter yang dalam kehidupan sehari-harinya mencerminkan akhlak yang mulia yang akan menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat, menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan terhadap semua pasiennya, memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, serta melakukan perbaikan signifikan dalam masyarakat, serta menginspirasi kita akan pentingnya peran profesi yang satu ini dalam mengembangkan dan membentuk masyarakat madani di masa depan.
"


Berikut saya paparkan profil kontributor buku JMDM:
1. Emy Kusmiawaty. Dia adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma, Surabaya, angkatan 2009. Dia juga berprofesi sebagai penulis di Penerbit Pustaka Obor Populer.

2. Anggea Rachmiawaty, S.Ked, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran angkatan 2006. Masih mempertanyakan tentang takdirnya kenapa memilih dunia kedokteran, tak membuatnya gamang, ia aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan diantaranya Senat Mahasiswa dan DKM Asy-Syifaa’ FK UNPAD.

3. Poby Karmendra, dr., mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2005. Saat ini dia sudah diamanahkan resmi menjadi seorang dokter. Dia aktif sebagai pengurus Forum Studi Kedokteran Islam (FSKI) FK UNAND dan juga sebagai pengurus hingga terakhir menjadi ketua Dewan Pembina Organisasi (DPO) FULDFK tahun 2010-2011.

4. Rafky Yanuar, S.Ked. Saat menulis cerita ini dia adalah Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan. Dia menjabat sebagai Ketua Umum Badan Kerohanian Mahasiswa Thibbul Mu’min (BKM-TM) FK UISU Periode 2008-2009. Dia juga aktif sebagai pengurus Departemen P&K Dewan Eksekutif Pusat (DEP) FULDFK ditahun selanjutnya.

5. Rizki Amalia, S.Ked, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran angkatan 2007. Selama menjadi mahasiswa dia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, diantaranya sebagai pengurus departemen Kaderisasi dan Dewan Pendamping Organisasi (DPO) DKM Asy-Syifaa’ FK UNPAD.

6. Chicy widya morfi. Dia adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran angkatan 2008. Aktif di organisasi-organisasi intra kampus, salah satunya menjadi pengurus Kaderisasi DKM Asy-Syifaa FK UNPAD periode 2009-2011.

7. Reagan Resadita, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada angkatan 2009.

8. Irzal Rakhmadani adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2009. Aktif di berbagai organisasi, salah satunya sebagai pengurus KSI Asy-Syifa FK UNLAM periode 2011.

9. Nestri, S.Ked, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadajran angkatan 2007. Ia aktif sebagai pengurus DKM Asy-Syifaa’ FK Unpad tahun 2009. Sekarang Ia sedang merintis program sosial pendidikan dengan nama Nadezda Act.

10. Maryam, S.Ked, mahasiswa kedokteran Universitas Padjadjaran angkatan 2007 ini adalah salah satu aktivis lembaga dakwah fakultas kedokteran. Ia aktif di DKM Asy-Syifaa’ FK Unpad, salah satunya sebagai Kepala Departemen Kemuslimahan DKM Asy-Syifaa’ 2010.

11. Muchtar Hanafi, S.Ked, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS), Solo, angkatan 2007. Dia pernah menjabat sebagai ketua DEW 4 FULDFK tahun 2009, ketua SKI FK UNS tahun 2010. Dia juga merupakan Mahasiswa Berprestasi Utama UNS dan Terbaik ke-6 Nasional tahun 2010.

12. Naenda Stasya, dr. Saat menuliskan cerita pengalamannya ini Naenda sudah menambahkan satu gelar di belakang namanya, S.Ked. Dia adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2005. Saat ini sudah menjadi dokter.

13. Hendri Okarisman. Dia adalah mahasiswa Pendidikan Dokter FK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2008. Dia aktif sebagai Lembaga Dakwah tingkat fakultas maupun universitas di kampusnya, salah satunya sebagai pengurus Unit Kerohanian Islam JAA UMY.

14. Intan Risna Dewi, S.Ked. adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadajran angkatan 2006. Aktivitasnya di kemahasiswaan tak jauh dari organisasi keislaman. Pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Media DKM Asy-Syifaa FK UNPAD periode 2009 dan Kepala Departemen Informasi dan Teknologi Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia (FULDFK) periode 2010-11.

15. Feni Dwi Lestari, dr. Saat ini ia sudah menjadi dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun 2011. Ia menyelesaikan pendidikan dokternya selama enam tahun sejak tahun 2005.

16. Sofa Rahmannia, S.Ked, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran angkatan 2007. Dia adalah satu pengurus Departemen Medical Islam DKM Asy-Syifaa FK UNPAD tahun 2008-2010 dan pernah menjadi Kepala Divisi Kajian Kedokteran Islam FULDFK tahun 2010.

17. Erna yulida. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2009. Dia aktif sebagai pengurus Departemen kaderisasi KSI Asy-Syifa tahun 2011 dan juga menjadi pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI)

18. Cherish Idea Anissa Istanto, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2008. Ia aktif sebagai pengurus SKI Al-Jundi FK UMY 2010 dan juga sebagai pengurus Departemen pengembangan LDFK dan Kaderisasi FULDFK.

19. Nesta Enggra, S.Ked. Pencetus ide untuk melahirkan buku ini. Saat ini saya sedang menjalani pendidikan sebagai dokter muda di Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Mahasiswa FK UNPAD angkatan 2007, saat ini diamanahi menjadi Ketua Umum Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia (FULDFK).


Selamat kepada semua kontributor. Selamat Menginspirasi. Semoga karya kita menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut membuat karya terbaik. Karya ini kami persembahkan untuk bangsa, negara, dan islam.


Jika kau temukan gelap, maka kenapa kamu tidak menjadi lilin. Kecil namun menerangi.

JALAN MENUJU DOKTER MUSLIM : Catatan Harian Calon Dokter

Buku: JALAN MENUJU DOKTER MUSLIM : Catatan Harian Calon Dokter


Telah terbit sebuah inspirasi baru..

JALAN MENUJU DOKTER MUSLIM : Catatan Harian Calon Dokter

Jalan ini adalah pilihan, menjadi dokter yang tidak hanya sekedar dokter, tapi dokter yang tahu betul bahwa ia adalah da’i sebelum menjadi apapun. Dokter yang dalam kehidupan sehari-harinya mencerminkan akhlak yang mulia yang akan menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Dokter yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan terhadap semua pasiennya karena ia tahu ada Allah yang mengawasi setiap apa yang ia lakukan. Dokter yang berjuang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan melakukan perbaikan signifikan dalam masyarakat. Dokter itu adalah kita, dokter muslim yang menjunjung tinggi nilai-nilai islam, menyampaikan, dan mendakwahkannya. Inilah jalan kita, jalan menuju dokter muslim.


-----------------------------------------------------------------------------------------


“Disetiap perjalanan selalu ada pernik-pernik pemandangan disekitarnya, buku "Jalan Menuju Dokter Muslim" ini melukiskan pernik-pernik itu dengan detail yang menjadikan perjalanan itu indah.”
Abdul Mughni Rozy, dr., SpB Penulis buku Blue Surgeon

“Mantap.. Cerminan hidup sang calon dokter yang inspiratif!”
Egha Zainur Ramadhani, dr. Penulis buku best seller Super Health

“Enlightening. An honest and insightful stories of life in medical school. A breakthrough in medical students history: how merely knowledge and skill are not enough. One should be spiritual, one should be social, one should be compassionate. Truly heartwarming.”
Almira Aliyannisa, S.Ked

Fakultas Kedokteran Unpad
Mahasiswa Berprestasi Peringkat Dua Tingkat Nasional 2010


“Dengan membaca kisah-kisah inspiratif ini, kita diajak menyelami cara berfikir individu-individu calon dokter yang memiliki karakter yang kuat. Karakter menjadi penting sekarang ini, dimana banyak pemuda tidak memilikinya dan tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Inilah yang diimpikan oleh bangsa ini, pemuda-pemuda yang memiliki karakter dan dapat mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang jauh lebih bermoral dan bermartabat.”
Ali Reza, dr.

Ketua Umum FULDFK 2008-2009
------------------------------------------------------------------------------------------

Pembelian dapat dilakukan dengan memesan langsung ke tim markerting Jalan Menuju Dokter Muslim/JMDM melalui:
-Sms/telepon ke 083821728119
-Whatsapp ke 082117841184

Pembayaran dapat dilakukan dengan transfer uang pembelian + ongkos kirim ke nomor rekening berikut ini:

Bank Muamalat a.n Nesta Enggra no. 0112102687
*setelah uang ditransfer, konfirmasi via nomor kontak marketing JMDM

Yang berminat menjadi agen distributor yang menyalurkan JMDM di Universitas atau daerahnya masing-masing bisa kontak ke tim marketing JMDM dengan nomor kontak yang sama. Agen distributor akan mendapatkan keuntungan (dengan sistem bagi hasil) untuk setiap buku yang terjual. *Info lebih lanjut hubungi tim marketing JMDM

Jalan Menuju Dokter Muslim : Catatan Harian Calon Dokter
Harga: Rp. 55.000
(belum termasuk ongkos kirim)
*menggunakan jasa pengiriman barang JNE. Biaya dihitung dari Depok ke daerah masing. 1-4 buku dihitung 1 kg.

------------------------------------
Karya: Nesta Enggra Avicenna, dkk
Penerbit: Indie Pro Publishing
Spesifikasi buku: 164 halaman, 15 x 21 cm, 250 mg
Cetakan ke-1, Februari 2012
ISBN : 978-602-9142-50-1

Ini Mimpiku

Hari menjelang siang ketika saya sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Kerumuman orang berlalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing semakin menunjukan predikatnya sebagai salah satu bandara tersibuk di dunia. Saya sudah maklum dengan keadaan ini.

Pagi itu waktu masih menunjukan pukul 9.00 pagi. Bus yang mengangkut saya dan penumpang lainnya dari Bandung memang sampai bandara agak lebih cepat dari biasanya. Kali ini tidak ada macet. Perjalanan dengan bus dari Bandung ke Jakarta begitu lancar. Macet dari dulu memang menjadi sesuatu yang patut diwaspadai dalam perjalanan menuju Ibu Kota negara ini. Tapi beberapa bulan ini, kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah sejak beberapa tahun lalu sudah mulai menunjukan hasil. Macet yang biasa menjadi mimpi buruk kota ini sudah mulai beranjak membaik. Masyarakat sudah menunjukan kesadaran untuk beralih menggunakan transportasi umum. Transportasi bukan menjadi masalah lagi bagi masyarakat kota ini, kita bisa kemana saja dengan traspotartasi umum yang layak, nyaman dan harga terjangkau. Berkat perjalanan yang lancar, saya bisa menghemat beberapa waktu dan bisa sedikit lebih santai.

Setelah check in dan semua urusan administrasi bandara selesai, saya langsung menuju mushala untuk melaksanakan shalat dhuha. Saya melirik pada jam tangan dan melihat tiket untuk memastikan kembali bahwa pesawat yang saya tumpangi boarding pukul 10.30 dan sekarang masih pukul 9.30, waktu yang tersedia masih cukup luang.

***

Benar saja dugaan saya, mushala agak penuh dan untuk wudhu di jam-jam seperti ini harus mengantre. Untung waktu yang tersedia cukup panjang jadi tidak masalah. Kesibukan orang-orang di bandara ini tidak membuat mereka lupa untuk menunaikan shalat dhuha. Semangat dan kesadaran untuk selalu mendekatkan diri pada Sang Khalik sudah menjadi keseharian masyarakat, pun dalam keadaan sibuk seperti ini. Di mushala yang cukup luas dan nyaman ini silih berganti para musafir mengisi saf-saf kosong untuk menunaikan shalat. Beberapa dari mereka yang mungkin masih punya waktu cukup luang, ada yang mengisi waktu dengan tilawah dan juga yang memilih untuk berdiskusi hangat dengan yang lain. Sepertinya mereka baru kenal, tapi tampak begitu akrab. Begitulah, keramahan dan keyakinan bahwa setiap muslim itu bersaudara tampak jelas dari kehangatan mereka dalam bercengkrama.

***

Selesai shalat, saya langsung menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat. Bapak Satpam yang sedari tadi berdiri di pintu tampak sibuk seperti penyambut tamu di pintu masuk ruang tunggu. Ia mengucapkan salam selamat datang dengan ramah kepada siapa saja yang datang. Wajah-wajah orang disini begitu menyejukan.

Masuk ke ruang tunggu, tampak beberapa orang disini sedang memegang mushaf dan mulut komat-kamit denga khusyuk. Ya, mereka sedang tilawah. Pemandangan seperti ini sudah biasa tampak di tempat umum, terutama di ruang tunggu seperti ini. Seolah tidak ada lagi waktu luang kecuali untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Saya layangkan pandangan sekeliling ruangan untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tampak di salah satu sudut ada kursi panjang yang belum ditempati. Saya langsung kesana lalu duduk sambil mengeluarkan handphone untuk mengirim sms pada orang di rumah, istri tercinta. Saya memberi tahu dia bahwa saya sudah sampai bandara, sekarang di ruang tunggu, sebentar lagi naik pesawat dan berangkat. Biasanya dia selalu mendampingi saya kemanapun saya pergi termasuk acara-acara keluar kota seperti ini. Tapi kali ini, istri saya sedang hamil anak kedua kami dengan usia kandungan 7 bulan. Saya meminta dia untuk tetap istirahat di rumah sambil menemani putra pertama kami bermain. Dia dengan berat hati melepas saya pergi sendirian berpesan sebelum saya berangkat untuk selalu mengabarinya saban waktu. Tipikalnya yang sangat perhatian membuatnya terkesan selalu khawatir. Saya sudah paham betul ini. Ini adalah bentuk sayangnya pada suami.

“Iya, sayang. Hati-hati ya. Jaga kesehatan. Jangan lupa nanti makan siang, tadi bekal makan siangnya udah mama taruh dalam tas. Mama lagi ngajarin kakak menulis huruf arab. ^^ ” Balasan sms darinya.

***

Di seberang kursi tempat saya duduk, saya melihat lima orang anak muda kira-kira berumur 19-21 tahun, tiga orang laki-laki dan dua orang lagi perempuan. Saya teringat ketika saya mahasiswa, persis seperti mereka, saya bersama teman-teman juga sering berpergian seperti itu. Dari jaket yang mereka pakai, saya merasa tidak asing lagi, saya kenal dengan jaket itu. Itu adalah jaket yang menunjukan identitas mahasiswa muslim Fakultas Kedokteran se-Indonesia, ya mereka memakai jaket Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia (FULDFK).

Tanpa sungkan saya dekati mereka. Dengan salam hangat saya sapa mereka lalu memperkenalkan diri. Ternyata mereka sudah mengenal saya.

“Ini Bang Nesta kan? Ketua FULDFK tahun 2012 yang juga sudah menulis beberapa buku itu? Maaf, Bang, tadi kami tidak menyadari ada Bang Nesta disana. ”

Pembicaraan dilanjutkan, saya bertanya mereka dari mana dan tujuan mereka mau kemana. Mereka berasal dari salah satu Fakultas Kedokteran di Jakarta. Mereka mau ke Makassar untuk mengikuti Konferensi Mahasiswa Muslim Fakultas Kedokteran se-Indonesia yang diadakan oleh FULDFK. Tuan rumah tahun ini adalah Universitas Hasanuddin. Tujuan saya juga kesana untuk menjadi salah satu pembicara.

Salah satu dari mereka bercerita dengan semangat dan antusiasme tinggi. Dia adalah salah satu Steering Committee dari acara ini. Saya jadi ingat masa-masa muda dulu. Ketika masih seperti mereka. Mencoba membangun mimpi dan sekarang waktu menuainya. Sekarang giliran mereka bermimpi dan nanti kelak mereka akan membuat karya yang lebih baik dari apa yang dulu telah kami lakukan.

“Jadi begini, bang. Pertemuan antar mahasiswa Kedokteran yang diadakan tahun ini adalah pertemuan terakbar yang diadakan FULDFK tahun ini. Tema yang kita usung adalah ‘Peran Dokter Muslim dalam Membentuk Peradaban Islam.’ Total mahasiswa FK yang hadir ada sekitar 250 orang, hampir dari seluruh FK di Indonesia. Disana mereka akan memaparkan mimpi-mimpi mereka dan karya apa saja yang telah mereka perbuat untuk bangsa ini. Peserta yang hadir ini bukan sembarang orang, bang. Mereka dipilih sebagai peserta melalui seleksi yang ketat. Mereka yang terpilih hanya mereka-mereka yang telah melakukan banyak hal dan menghasilkan banyak karya di bidang kedokteran, baik Ilmiah, keorganisasian, maupun sosial kemasyarakatan. Dan beberapa dari mereka akan menjadi pembicara utama dalam konferensi nanti didampingi pembicara-pembicara besar lainnya, baik yang berskala nasional maupun internasional. Diharapkan acara ini akan menjadi ajang syiar terbesar FULDFK tahun ini. Kita ingin menunjukan bahwa kita sudah siap menuju gerbang peradaban yang baru, peradaban islam. Dokter dan mahasiswa kedokteran menjadi salah satu elemen penting dalam masyarakat dalam membentuk kondisi masyarakat yang madani. Tidak hanya kita, bang. Organisasi-organisasi kemahasiswaan di jurusan lain juga telah melakukan hal yang sama. Dan pemahaman dokter muslim sudah mengakar dalam sebagian besar mahasiswa kedokteran, bang. “

Saya hanya bisa berdecak kagum mendengar penjelasan darinya. Apa yang dulu kami impikan sudah mulai menunjukan titik terang.

“Di tataran Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK) juga sudah tertata dengan sangat baik, bang. Jaringan nasional kita melalui FULDFK sudah sangat kuat. Terakhir kita bersama perwakilan ketua-ketua LDFK se-indonesia melakukan kunjungan ke DPR untuk menyampaikan aspirasi kita terkait biaya pendidikan kedokteran yang mahal. Buku-buku panduan pengembangan dakwah FK dan Kedokteran Islam juga terus diperbaharui dan ditulis lagi yang baru. Mahasiswa-mahasiswa didikan LDFK juga banyak yang berprestasi tinggi. Terakhir Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional adalah pengurus LDFK di salah satu universitas di Sumatera dan itu pengurus LDFK yang ke empat secara berturut-turut menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional, bang. Setiap LDFK sudah bisa mandiri membuat kegiatan-kegiatan sendiri, dengan berbagai bahasan tentang islam baik ilmiah, syiar dakwah, pengabdian pada masyarakat, dan banyak lainnya. Sekarang LDFK di semua Universitas sudah legal bahkan dekanat juga sangat mendukung kegiatan-kegiatan bernuansa Islam. Mentoring juga bukan hal yang aneh lagi, laporan terakhir yang saya dapat dari departemen FULDFK yang mengurusi ini, hampir semua mahasiswa muslim FK di tiap universitas sudah ikut mentoring secara secara bertingkat di tiap angkatan. ”

“Oh bagus sekali, dek. Kami generasi pendahulu kalian bangga dengan prestasi yang telah kalian buat. Eh iya, sudah dipanggil, yuk segera naik pesawat.”

Tidak terasa waktu setengah jam telah berlalu. Panggilan untuk segera menaiki pesawat sudah disampaikan lewat pengeras suara. Pembicaraan kami terpotong. Kami bergegas naik pesawat dan menempati tempat duduk masing-masing. Tempat duduk kami terpisah, saya duduk di bagian belakang pesawat dan mereka di bagian depan. Saya duduk paling pinggir dekat jendela. Seperti biasa, ini adalah tempat duduk yang paling saya suka ketika naik pesawat. Dari situ saya bisa melihat keindahan ciptaan Yang Maha Besar yang terbentang di darat, laut, awan dan langit yang luas.

Setelah tatacara keselamatan dalam pesawat disampaikan oleh awak kabin, pilot memandu semua penumpangnya untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mumulai penerbangan. Semoga perjalanan kita berkah.

Pesawat mulai melaju kencang, , melawan terpaan angin, membubung tinggi ke angkasa menembus awan putih yang tebal, terus dan terus naik sampai puncak ketingiian tertinggi. Suasana tenang dalam pesawat, cerita indah tadi, dan pemandangan awan yang menakjubkan semakin meyakinkan saya bahwa Allah mahabesar. Allah Maha Penguasa atas segala sesuatu. Maka titipkanlah mimpimu pada-Nya. Ia yang akan menjadikan mimpi itu nyata.

Suatu masa
Di perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Makassar
Bersama FULDFK

Individu-Individu Kunci Sebuah Peradaban

Tanya jawab ini muncul ditengah keisengan ketika menunggu pasien di Poli tadi pagi. Biasanya ketika sepi pasien, kami diskusi beberapa kasus atau bimbingan dengan residen. Entah dari mana awalnya, diskusi malah jadi kemana-mana dan salah satunya tentang apa yang dibahas di tulisan ini.

Salah seorang teman bertanya pada saya tentang kenapa memilih ingin menjadi dokter.

"Kenapa kamu pilih kuliah di kedokteran?"

"Karena saya ingin jadi dokter," jawab saya secukupnya. Tidak puas dengan jawaban yang terdengar asal itu, ia bertanya lagi.

"Lalu kenapa kamu ingin jadi dokter?"

"Karena saya ingin bermanfaat buat orang lain.." Melihat ekspresi teman saya yang bertanya, kembali tampak ketidakpuasan atas jawaban yang saya ajukan.

Ia kembali bertanya, "memang bermanfaat hanya dengan jadi dokter? Kan bisa juga dengan memilih profesi lain.."

Melihatnya dari tadi tidak puas, kali ini saya coba menjawab dengan lebih serius.

"Iya, tentu bisa dengan profesi lain bahkan sangat bisa. Kita bisa bermanfaat dimana saja kita berada dan dalam profesi atau pekerjaan apapun. Tapi menurut saya potensi saya ada disini. Saya akan memaksimalkan potensi ini. Dan saya yakin setiap orang akan lebih bermanfaat jika ia berada di tempat yang sesuai dengan potensi yang Allah berikan untuk nya. Ia memanfaatkan potensi itu dengan menjadi muslim unggul dan selanjutnya secara sinergis bersama dengan individu-individu muslim unggul lainnya mereka akan membentuk peradaban, yaitu peradaban islam. Itu lah kenapa saya ingin menjadi dokter."

Bahasan ini sesuai dengan sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim yang manyatakan bahwa setiap muslim sudah diberikan potensi masing-masing sesuai dengan tujuan ia diciptakan dan Allah akan memudahkan jalannya menuju tujuan penciptaan itu.

"Setiap orang diberi kemudahan sesuai dengan tujuan ia diciptakan" HR Muslim.

Pemahaman ini kurang lebih sudah dipaparkan oleh Anis Matta dalam bukunya yang judul "Dari Gerakan ke Negara". Didalam bukunya ditulis salah satu kalimat ini:
"Salah satu sumber kekayaan masyarakat Islam adalah keunikan-keunikan individual dari setiap manusia muslim, dan apabila potensi-potensi individual tertuang secara penuh dan membentuk muara Islam yang sinergis, maka sebuah gelombang peradaban yang dahsyat akan segera bergemuruh membelah sejarah."

Jika setiap individu memahami potensinya dan ia menempatkan diri dan berprestasi sesuai potensi tersebut. Setiap individu ini memiliki afiliasi terhadap islam, memiliki pemikiran dan pemahaman yang berlandaskan islam. Secara langsung atau tidak semua individu ini secara sinergis bergerak membawa nafas islam di setiap posisi yang ia tempati. Lalu masyarakat merasakan dampaknya dan mereka secara perlahan akan mulai meneladani individu-individu ini. Saat inilah akan mulai terbentuk suatu tatanan masyarakat yang merasakan bahwa islam adalah satu-satunya solusi hidup mereka. Islam adalah sistem dan sistem tersebut sudah menjewantah menjadi cara hidup masyarakat.

Individu-individu muslim yang unggul dengan pemahaman islam yang baik akan menjadi motor dalam pergerakan islam. Setiap mereka harus tersebar dalam setiap pos-pos yang ada di masyarakat. Masih dalam topik yang sama dalam buku "Dari Gerakan ke Negara", Anis Matta menambahkan:

"Perubahan dasar akan terjadi dalam diri individu jika ada perubahan mendasar pada pola pikirnya. Karena pikiran adalah akar perilaku. Masyarakat juga begitu. Ia akan berubah secara mendasar jika individu-individu dalam masyarakat itu berubah dalam jumlah yang memadai. Tapi model perubahan ini selalu gradual dan bertahap. Prosesnya lebih cenderung evolusioner, tapi dampaknya selalu bersifat revolusioner. Inilah makna firman Allah Swt., "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah diri-diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd: 11)

Dimulai Dengan yang Sederhana

“Minimal apabila seorang tidak bisa menjadi da’i, ia bisa menjadi perantara dakwah di jalan Allah”

Saya tersentak ketika membaca kalimat ini dalam buku “Selagi Masih Muda” karya Dr. A’idh Al-Qarni, M.A. Dalam pemabahasannya dilanjutkan dengan sebuah hadits yang berbunyi,

“Sungguh, jika Allah memberikan hidayah kepada satu orang saja melalui perantaraan kamu, itu lebih baik bagimu daripada unta merah” (HR. Bukhari Muslim)

Unta merah adalah jenis unta yang terbaik. Ini adalah penggambaran bahwa tindakan menjadi perantara hidayah pada satu orang saja adalah suatu tindakan yang terbaik bahkan digambarkan lebih baik dari suatu yang terbaik.

Allah tidak pernah menuntut kita melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan. Tidak pernah menuntut kita melakukan sesuatu yang melebihi kapasitas kemampuan yang kita punya. Namun kita harus menyadari betul potensi yang kita punya dan di sisi mana kita bisa melakukan kebermanfaatan sesuai potensi itu. Pun untuk melakukan hal yang sederhana sekalipun Allah menjadikan dengan ganjaran yang luar biasa. Kita mungkin terkadang terlupa akan hal-hal kecil ketika kita menetapkan mimpi atau visi yang besar. Padahal hal-hal kecil yang kita lakukan secara konsisten itulah yang akan menjadi bantu loncatan untuk mencapai visi besar itu. Kadang kita memiliki mimpi yang begitu besar sampai kita lupa bahwa mungkin saja kita tidak punya kemampuan kearah sana. Bisa jadi kita lupa melakukan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat mungkin untuk kita lakukan.

Bukan maksud untuk mengecilkan visi, tapi hanya ingin mengingatkan diri bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan sesuai yang kita bisa. Tidak perlu menunggu menjadi orang besar baru setelah itu berbuat dan bermanfaat. Kalau bisa melakukan hal-hal kecil namun itu bermanfaat kenapa harus menunggu suatu momen besar terlebih dahulu. Bukankah yang kecil itu jika diakumulasikan akan menggunung dan menjadi besar. Ingatlah bahwa hal kecil yang secara konsisten kita lakukan akan membawa kita dalam potensi yang terus meningkat lalu akan membawa kita menjadi orang besar.

Untuk berdakwah tidak perlu menjadi seorang kiyai atau seorang ustad. Sampaikanlah setiap kebaikan walau hanya sepotong ayat, tunjukanlah kebaikan walau hanya sekedar menyingkirkan duri dari jalanan. Berlakulah baik dengan akhlak yang mulia, itu akan menjadi teladan dan suatu saat tanpa kamu sadari orang lain akan mengikuti hal yang baik yang kamu lakukan. Bukankah seperti itu adalah dakwah?

Dalam bahasan selanjutnya penulis buku ini memaparkan sebuah kutipan dari QS Yusuf ayat 103, yang berbunyi,

“Dan, Sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.”

Orang yang menyangka dirinya kelak akan memperbaiki seluruh dunia, tentu hanya akan menjadi sebuah hayalan. Allah telah menjelaskannya terang dalam ayat ini. Bahkan sampai hari kiamat pun akan tetap ada orang yang ingkar kepada Allah dan Rasulnya. Kita tidak bisa mengharapkan bahwa semua orang akan berkomitmen, lurus, dan mendapatkan hidayah. Karena selamanya akan selalu ada orang-orang yang berpaling bahkan menentang. Bahkan di era Rasulullah sekalipun tetap ada kelompok-kelompok yang tidak sejalan dan menolak bahkan menentang terang-terangan risalah yang Beliau sampaikan. Orang-orang yang berlawanan pasti selalu ada karena itu adalah sunatullah, selamanya segala sesuatu akan selalu berpasangan.

Boleh saja bervisi besar tapi jangan pernah menunggu besar untuk berbuat. Tidak perlu putus asa melihat lingkungan yang tak kunjung berubah, kondisi masyarakat yang tetap sama. Percayalah tetap fokus pada dirimu yang terus bermanfaat. Karena kita tidak pernah tahu kapan hidayah itu datang dan kepada siapa ditujukan. Dakwah adalah jalan yang panjang dan tidak pernah mengenal ujung karena sampai kapanpun akan ada orang-orang yang belum mendapat hidayah.

Bermanfaat bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, dalam kondisi apapun, dan dalam bentuk apa saja sesuai kemampuan dan potensi yang kita miliki. Itu akan menjadi contoh dan teladan bagi orang-orang disekitarmu. Itu adalah dakwah. Bahkan tanpa berucap orang-orang akan tahu bahwa itu adalah kebaikan dan mereka akan mengikutinya.

Pembiasaan dan Pembenaran

Segala sesuatu kalau sudah berlebihan maka akan jadi tidak baik. Berlebihan artinya sudah melewati batas yang seharusnya.

Peraturan ada untuk memberikan batas mana yang boleh dilakukan. Bukan untuk membatasi tapi untuk mencegah kita agar tidak melampaui batas.

Ada dua hal yang membuat kita sering melanggar suatu batas, yaitu pembiasaan dan pembenaran. Dua hal ini berkolaborasi menjadikan kita lupa.

Pembiasaan membuat kita terbiasa melakukan sesuatu. Pun hal yang sama juga berlaku untuk hal-hal yang melampaui batas.

Terbiasa lalu lupa dan akhirnya dianggap biasa. Setan itu dengan pintarnya menggoda manusia melalui cara-cara ini..

Percayalah bahwa tidak ada orang yang tiba-tiba melakukan dosa besar tanpa melalui pembiasaan terhadap dosa-dosa kecil

Pembenaran adalah sesuatu yang akan membiaskan. Menjadikan kita merasa benar padahal sebelumnya kita tahu bahwa itu salah.

"Ah tidak apa-apa lah cuma segini' atau 'ga apa2 hanya ini'. Saat ini sebenarnya setan sedang bekerja melogiskan godaannya agar ikut alurnya

Manusia adalah makhluk yang logis karena dkaruniai akal. Dengan fitrah kebenaran, hampir bisa dipastikan manusia akan lakukan hal yang menurut ia benar.

Nah, frasa "yg menurut ia benar" ini lah yang sering kita biaskan. Setiap orang punya batas kebenarannya sendiri. Itu tergantung pembiasaan.


***
"Suatu yang diungkapkan dengan hati akan sampai pada hati, tanpa diungkapkan lewat kata yang disana akan mengerti apa yang dimaksudkan."

Maka bersabarlah.. suatu saat akan sampai pada masanya

twitter: @nestaenggra