Realisitis membunuh mimpi


“namun,tak pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan yang linear dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem sering menghambat harapan orang.” Kata Andrea Hirata dalam novel Sang Pemimpi,salah satu novel dalam tetralogi Laskar Pelangi.

Dilihat kata demi kata diatas dalam hemat saya itu tidak salah sama sekali bahkan jauh lebih dekat kearah kebenaran. Sering sekali kata-kata yang menyuruh untuk bersikap realistis itu yang membuat orang berhenti untuk berkehendak,berhenti untuk bercita-cita, dan tidak berani untuk bermimpi. Ketika seorang anak miskin yang bercita-cita ingin menjadi seorang dokter atau menjadi profesor berhenti melanjutkan cita-citanya karena satu kata keramat ini,satu kata yang menghantui orang yang ragu akan kemampuannya,satu kata yang membuat orang tak yakin akan kebesaran Allah SWT,yaitu Realistis.

“Bagaimana mungkin kamu yang cuma orang miskin bisa menjadi orang setinggi itu? dengan apa? Mau jungkir balik mencari uang tidak akan bisa! itu cita-cita terlalu tinggi ga mungkin,tidak akan bisa,kita tidak akan mampu,kita tidak sanggup.” Traumatik sekali kalimat ini bagi orang yang memiliki sedikit kesempatan untuk maju. Itu hanya salah satu contoh dalam sudut pandang ketidakmampuan ekonomi. Masih banyak contoh yang sebenarnya lebih dekat dengan kehidupan kita sehari-hari,kata itu yang mengurung kita dalam kelemahan merasa tidak mampu.

Pesimis adalah bentuk lain dari merasa tidak mampu,menghentikan mimpi hingga akhirnya membatasi cita-cita. Cita-cita disini jangan hanya dibaca mau jadi apa ketika sudah besar saja melainkan suatu yang kita inginkan,suatu yang hendak kita capai,apapun itu. ketika suatu keadaan telah memaksa untuk bersikap realistis disaat itulah sebenarnya pesimis itu datang,datang tak diundang tapi mulai secara perlahan menggegogoti semangat hingga akhirnya layu tak lagi memiliki kekuatan. Realistis juga akan membuat motivasi mulai luntur laksana kain murahan direndam lama dalam baskom sampai air didalamnya berwarna karena kain sudah menjadi pudar.

Semangat,motivasi,cita-cita dan mimpi adalah suatu yang selaras dan harus selalu ada ketika melirik sebuah masa depan.mereka akan saling beriringan bergandengan tangan dan bahu-membahu dalam mencapai kesuksesan. Ketika salah satu diantara mereka mulai lemah atau tak lagi berdaya maka otomatis kecepatan akan mulai melambat atau lebih parah lagi bisa saja berhenti. Diam tetap disatu titik tidak ada kemajuan. Tidak ada keinginan untuk melanjutkan hingga akhirnya kurva kehidupan stagnan atau bisa saja turun hingga ke titik nadir.

“kita tidak akan pernah mendahului nasib. Pesimis tak lebih dari sikap takabur mendahuluinya”

Tapi satu hal yang perlu diingat kalau perlu dicamkan bahwa mimpi tetaplah mimpi,setinggi apapun itu,kalau tidak ada I’tikad baik untuk mewujudkannya. Mimpi memang tidak berbeda jauh dengan lamunan dan hanya akan menjadi bunga tidur jika tidak ada usaha yang getir dan militan untuk mewujudkannya.