Azab Putus Asa, Senang Lupa Syukur

"Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat) itu Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi PUTUS ASA dan TIDAK BERTERIMA KASIH"

"Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya
, niscaya dia akan berkata, 'telah hilang bencana itu dariku.' Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan BANGGA,"

"kecuali orang-orang yang SABAR
, dan mengerjakan amal kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar."

Alquran surat Hud, ayat 9-11

"Bedampingan" Memancarkan Keindahan

Berdampingan dengan indah dan damai untuk menghasilkan tunas baru yang lebih indah dan matang untuk menhadapi kerasnya dunia.

Depan kostan Avicenna, Jatinangor, 16 januari 2011

Manusia Adalah Apa yang Pernah Masuk kedalam Dirinya

Manusia adalah apa yang pernah ia lihat, pernah baca, pernah rasa, pernah dengar, dan apa yang ia ingat tentang semua itu. Bahkan hayalan pun akan berdasar pada semua yang sudah pernah tersebut.

Manusia adalah apa yang pernah ia lihat
Siapa sangka bahwa orang buta tak pernah mengenal dan tak tahu seperti apa yang namanya cahaya. Mereka tak pernah melihat itu, mereka hanya tahu bahwa cahaya itu ada dari orang lain yang bisa melihat. Hanya sebatas itu, tak pernah terbayangkan olehnya seperti apa rupanya cahaya. Mereka tak pernah melihat dunia, mereka hanya tahu dunia dari indranya yang lain. Mereka hanya tahu cerita tentang indahnya dunia yang orang-orang lain lihat.
Orang yang tak pernah lihat salju, tak akan tahu bentuknya salju jika hanya bertumpu pada indra yang satu ini.

Manusia adalah apa yang pernah ia dengar.
Orang tak akan tahu indahnya nyanyian burung, jika ia tak pernah mendengarnya. Meskipun ia mendengar cerita sedemikian rupa, tapi ia tak akan bisa bercerita lebih lanjut kecuali jika hanya mengira dengan karaguan.
Orang yang tuli tak tahu seperti apa bunyinya suara, dan ia pun tak tahu kalau apa yang ia getarkan ternyata menghasilkan suara. Bahkan ia tak tahu kalau pita suaranya bisa digunakan untuk menghasilkan suara.
Orang yang lahir di hutan dan ditinggalkan disana oleh orang tuanya lalu tak pernah bercakap dengan orang lain sama sekali dalam hidupnya. Ia tidak bisa diajak berbicara oleh orang lain yang menemukannya ketika ia sudah dewasa di hutan karena ia tidak pernah mendengar percakapan seperti itu sama sekali sebelumnya. Namun, bisa jadi ia bisa berkomunikasi dengan monyet yang membesarkannya.

Manusia adalah apa yang pernah ia baca.
Adalah wajar ketika mahasiswa ilmu sosial tak tahu bagaimana fisiologi hewan ternak yang dipelajari oleh mahasiswa peternakan karena mereka tak membaca tentang itu. Adalah wajar ketika seorang tak tahu dan hanya mengira-ngira apa yang terjadi pada tahun-tahun 1900an jika ia tak pernah membaca sejarah tentang itu. Maka bukan suatu yang dapat dipungkiri juga ketika seseorang tak tahu sama sekali apa yang terjadi jauh darinya jika ia tak pernah membaca tentang itu. Orang bisa berbicara panjang lebar tentang suatu hal tentang sebuah ilmu setidaknya dulu ia pernah membaca tentang itu barang sekali.
Orang bilang buku adalah jendela dunia, membaca adalah kunci untuk mebuka jendela tersebut. Memilih jendela mana yang akan dibuka adalah memilih buku apa yang akan kita baca, ada yang mengantarkannya pada dunia kebaikan dan ada juga yang sebaliknya.

Manusia adalah apa yang ia ingat tentang apa yang sudah diterima oleh indera yang ia miliki.
Bisa jadi seorang sudah pernah melihat sesuatu, mendengar, atau membaca tentang suatu hal, tapi ia tak mengingatnya lagi, maka itu tak berarti apa-apa untuknya sekarang. Sebaliknya, orang yang terus-menerus mempermasalahkan masa lalunya yang suram adalah karena ia selalu mengingatnya sebagai sebuah masalah dan tak juga melupakannya.

Pada prinsipnya indera tak akan pernah berdiri sendiri. Apa yang pernah masuk kedalam diri seseoarang akan diperkuat oleh indera yang bahu-membahu menjadi pintu masuk kedalam diri seseoarang. Apa yang terakumulasi dari berbagai indera itulah yang membentuk diri seseorang.
Nabi muhammad SAW menjadi seorang pribadi yang tangguh bukan karena semata-mata telah menjadi seperti itu. Tapi Allah telah memberikan pengalaman-pengalaman yang luar biasa, masa kecil yang penuh tantangan, input ke dalam dirinya yang dibatasi hanya dengan hal-hal yang baik, wahyu yang diturunkan kepadanya, dan semua itu membentuk seorang pribadi yang matang dari berbagai sisi.

Bayi baru lahir akan terbentuk menjadi pribadi yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh orang tua dan lingkungan kepadanya. Anak tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan pengetahuannya yang diterima oleh inderanya terutama melalui penglihatan dan pendengaran.

Adalah wajar ketika seseorang tak mendekat pada Tuhan-nya ketika ia tak pernah mendengarkan, apalagi membaca apa yang diwahyukan oleh Allah dalam Al-qur'an. Karena pengetahuan dan pemahaman itu tak pernah masuk kedalam dirinya. Seseorang yang tak mau mengerjakan shalat atau dengan tenangnya meninggalkan shalat adalah karena ia tak tahu beratnya azab yang Allah janjikan karena ia tak pernah membaca atau mendengarnya, atau bisa jadi sudah mendegar atau membaca tapi seolah melupakannya.

Sekarang bersyukur Allah telah melengkapkan indera kita. Lalu bagaimana kita menggunakanya, kita bisa mengendalikan itu. Apakah akan digunakan untuk seseuatu yang baik yang menambah syukur pada Sang Pemberi dengan menggunakannya untuk memasukan sesuatu yang baik kedalam diri atau malah sebaliknya. Kita bisa memilih dan diberikan hak untuk memilih dengan dewasa, artinya setiap pilihan ada konsekuensi yang dibelakangnya.