Merubah Dunia dari Diri Sendiri

Di atas nisan seorang tokoh agama di sebuah pemakaman tua, Webminster Abey, Inggris (1100 M) terukir sebuah sajak:

“Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah. Maka cita-cita itu pun kupersempit. Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun nampaknya, hasrat itu pun tiada hasilnya.

Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa kuputuskan untuk mengubah keluargaku. tapi celakanya mereka pun tak mau diubah.

Dan kini, sementara aku terbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari… ‘Andaikan yang pertama kuubah adalah diriku sendiri, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku. Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!’”

Sungguh indah kata-kata pada sajak diatas. Ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari sajak ini yaitu sebuah cita-cita besar dan sebuah penyesalan. Cita-cita besar yang begitu mulia. Tapi apa yang anda lihat di akhirnya hanya ada sebuah penyesalan. Bukan cita-cita nya yang salah,tapi caranya lah yang kurang tepat dalam mewujudkan mimpi besar tersebut. Hingga ada penyesalan diakhirnya karena ia baru menyadari itu ketika ia sudah menjelang ajal. Ketika ia tak mampu lagi untuk melakukan itu semua.

Bukan tak mungkin kita berada dalam satu kondisi yang sama dengan si penulis asli dari sajak tersebut. Seorang mahasiswa yang idealis yang memiliki cita-cita agung lagi mulia. Bukan tak mungkin kita akan mengalami nasib yang sama dengan beliau. Ketika mahasiswa segala sesuatu yang berbau idealisme,pergerakan,dan perubahan akan sangat menantang bagi kita karena mungkin memang seperti itu pada hakikatnya. Tapi,apakah cara yang kita lakukan sudah benar? Jangan-jangan hanya penyesalan juga yang akan ada pada akhirnya.

Ketika kita memiliki cita-cita itu kita akan sekuat tenaga untuk melakukannya. Melakukan pergerakan untuk merubah dunia. Tapi dibalik itu diri kita sendiri ternyata tidak siap untuk mengikuti perubahan itu.

Belajar dari cerita di atas, maka perubahan yang paling efektif adalah tidak mengaharapkan orang lain berubah duluan tetapi kita sendiri mulai mengambil tindakan untuk berubah lebih dahulu dan membiarkan orang lain melihat perubahan yang terjadi dalam hidup kita, sehingga hal tersebut membawa pengaruh positif untuk mengubah kehidupan mereka.

Memang hal ini akan terasa berat karena prosesnya akan berlangsung lama dan butuh ke-konsisten-an dalam teladan. Tapi suatu keyakinan bahwa bahwa sesuatu yang dilakukan dan dicontohkan terus-menerus akan ada “ruh” nya yang akan membuat orang lain terpanggil untuk mengikuti dan meneladani. Butuh kesabaran yang tak terhingga. Tapi tak masalah karena batu yang keras pun bisa jadi berlubang oleh tetesan air yang terus-menerus jatuh pada titik batu tersebut.

Mahatma Gandhi pernah mengatakan "You must be the change you want to see in the world". Kita sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang Kita inginkan terjadi dalam dunia ini. Perubahan mesti dimulai dari diri sendiri. Janganlah mengharapkan perubahan dari dunia luar. Janganlah menunda perubahan diri hingga dunia berubah. Coba perhatikan, dunia ini senantiasa berubah. Diri kita saja yang tidak ikut berubah.

PERUBAHAN DIMULAI DARI DIRI KITA SENDIRI!

catatan yang berhubungan:
Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Menjadi Lebih Baik
Capailah Citamu
Ikuti Kata Hati
Realisitis membunuh mimpi

Ikuti Kata Hati

Kata orang: untuk mengetahui apa yang ada didalam jurang kita tak perlu turun kedalam jurang tersebut. Cukup hanya dengan bertanya kepada orang yang baru saja naik kepermukaan setelah ia sebelumnya jatuh kedalam jurang tersebut.

Tak selamanya "kata orang" itu benar..
Terkadang
ada kalanya kita juga harus merasakan sendiri apa yang ada didalam jurang agar kita lebih yakin akan apa yang ada disana.

ikuti kata hati

Kata-kata pesimis dari orang yang gagal hanya akan membuat kita terpengaruh untuk ikut-ikutan tak mampu..

DKM Asy-syifaa Tempat Kami Bernaung

suatu ketika yang akan menjadi kenangan seumur hidup dan menjadi saksi yang menyatakan kalau kita pernah berjuang bersama..

Perjalanan dilanjutkan dititik ini.. saat pelantikan pertama kali bagi angkatan 2007 untuk masuk menjadi pengurus Asy-syifaa'.. kiara payung,september 2008



hingga berlanjut ke sesaat setelahnya ketika angkatan 2008 datang dan bergabung...depan mesjid Asy-syifaa,oktober 2008

perjuangan tidak berakhir disini?? siapa selanjutnya?? KAMU??


Tambahan Angkatan terbaru 2010


Penjual Gorengan,kegigihan,dan Kemuliaan Seorang Ibu

Pagi yang cerah memulai aktivitas hari ini. Langit biru sudah menampakan cahaya yang indah dari ufuk timur pertanda matahari siap untuk menyinari alam semesta serta bumi dan isinya. Embun pagi masih membasahi udara. Udara pagi yang begitu segar menyelinap ke paru-paru memberikan kesejukan hingga jauh kedalam tubuh. Para pekerja sudah mulai bersiap atau bahkan ada yang memulai sejak gelap masih belum ditelan siang. Salah satu nya adalah ibu penjual gorengan itu.

Ibu paruh baya yang tak pernah terlihat lelah walaupun saya tahu ibu ini sudah bangun jauh sebelum azan subuh berkumandang untuk mempersiapkan dagangannya pagi ini. Wajah tirusnya selalu menampilkan senyum hangat seakan menyembunyikan,seakan tak pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. kulitnya yang agak kusam seperti terbakar panasnya nasib.

Pagi baru menunjukan pukul 5.00,para penghuni kostan bahkan ada yang masih tidur. Sebagian lagi sudah bangun, dan baru saja pulang dari mesjid selesai menunaikan shalat subuh berjamaah. Pagi masih buta tapi suara khas ibu ini telah berkumandang untuk meneriakan dagangannya.

"assalamu'alaikum,..ncep,gorengan..bade jarajan?" sahut ibu itu dengan suara khasnya menawarkan,sembari salah satu dari kami membukakan pintu gerbang untuk mempersilahkan sang ibu ini untuk masuk. Walaupun tidak setiap pagi kami membeli gorengannya tapi dengan kegigihannya beliau tak pernah jera untuk menawarkan dagangannya jauh-jauh ke kosan kami.

Cerita nya yang khas dengan bahasa sunda yang kadang saya sendiri tak cukup mengerti apa yang beliau bicarakan. Mulai dari berita gempa,susunan kabinet,gosip artis,hingga warga yang kemalingan sandal tadi malam tak luput ceritanya. informasi yang didapatnya selalu update hingga memberikan kegaguman tersendiri bagi saya walaupun ia hanya penjual gorengan.

Dari ibu ini saya dapat belajar betapa besar arti sebuah kegigihan,keyakinan,pantang menyerah,kerja keras, dan kedisiplinan dalam hal ketepatan waktu. Coba bayangkan setiap hari kedatangan ibu ini ke kosan kami (avicenna-red) tak pernah berkisar antara jam 5.00 sampai dengan jam 5.10. kalaupun telat paling hanya telat lima menit. Kerja kerasnya dalam membantu perekonomian keluarga pun tak luput dari sebuah catatan yang perlu untuk diteladani. Bakul besar yang selalu disandangnya berisi berbagai macam gorengan. Kalu saya perkirakan bakul sebesar itu tak kurang dari 10 atau 15 kg. Itu yang selalu dipikulnya mulai dari pagi buta menyusuri jalan dan menemui kosan demi kosan untuk menawarkan gorengannya. Mengais rezeki mengumpulkan sedikit demi sedikit uang.

Kalau ditelusuri lebih dalam,suatu keyakinan yang ibu ini tanamkan dalam setiap aktivitas jualannya. Bahwa Alloh telah mengatur rezeki setiap manusia,sekarang tinggal bagaimana kita berusaha untuk mencari dan mengumpulkan rezki yang telah Alloh tebar dimuka bumi. Satu kata,yang penting halal. Ini yang membuat saya kagum melihat arti sebuah kerja keras dengan berlandaskan satu keyakinan atas janji Allloh. Tidak ada kata malu apalagi canggung dengan nasib yang beliau punya.

Nasib, memang tidak semua orang akan mendapatkan nasib yang sama. Ada yang dibawah ada yang diatas,ada yang baik ada yang buruk. satu hal,bahwa yang diatas itu belum tentu baik begitu juga yang dibawah itu belum tentu buruk. Mereka yang hidup pas-pasan pun boleh jadi mereka lah yang terbaik disisi Alloh. Karena mereka mensyukuri apa yang mereka dapatkan. Melihat ibu ini membuat saya kembali tersadar bahwa tidak semua orang memiliki dan mendapatkan kesempatan yang sama. Sungguh termasuk orang-orang yang dilaknat jika kita tidak mensyukuri kesempatan yang kita punya. Syukur berarti tidak menyia-nyiakannya dan merespon kesempatan itu untuk memberikan manfaat yang lebih besar kepada orang lain. Terutama kepada kepada mereka yang tidak mendapatkan kesempatan yang kita rasakan. Mereka ada untuk menjadi ladang amal bagi kita.

Setelah sebagian dari kami membeli gorengannya tak lupa ibu ini akan mengucapkan terima kasihnya khas sambil mengendong lagi bakul gorenganya," nuhun a..", katanya dalam bahasa sunda.

Terlepas dari kerja ibu ini sebagai penjual gorengan ibu ini tetaplah seorang Ibu bagi anak-anaknya. Ini saya dengar ketika suatu pagi beliau bercerita tentang anaknya yang mau berangkat sekolah. Masih dengan gaya khas berceritanya dan yang jelas dengan bahasa sunda. Dari sini saya tahu bahwa ia memiliki keluarga dan memiliki anak-anak yang masih kecil-kecil. Inilah yang menguatkan nya hingga sekarang terus menjajakan gorengan.Pagi-pagi buta sudah harus beranjak dari rumah. Membantu suaminya dalam mencari nafkah demi sebuah penghidupan,Demi anak-anak,Demi sebuah harapan yang ditanamkan nya pada anak-anaknya. Demi sebuah masa depan yang lebih baik yang diharapkannya dapat dirasakan oleh anak-anaknya kelak. Sungguh mulia hati seorang ibu..


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al Isra’: 23)

Sungguh Rencana Alloh Begitu Sempurna

Apa yang dulu saya takutkan sekarang telah terjadi. Mungkin memang disinilah salah satu titik terlemah yang saya punya. Saya yakin Alloh telah merencanakan ini untuk memperkuat saya dengan menguji dititik ini. Ini pertanda bahwa Alloh ingin memperkuat saya dan ingin menjadikan saya lebih kuat. Rencana Alloh sungguh maha sempurna.

Dan Alloh pun juga telah menjanjikan bahwa setiap orang tidak akan diberikan cobaan melebihi batas kemampuannya. Satu kalimat yang membuat saya yakin menghadapi ini semua sampai hari ini. Stress,capek,penat,lelah hanyalah sebuah manfestasi dan sebuah keniscayaan yang sudah pasti akan terjadi. Semua itu akan selalu hadir untuk mengiringi,suatu kesia-siaan jika saya menyerah dan kalah dalam mengarunginya.

“Kami tidak membebani seseorang melain­kan menurut kesanggupannya, .."(Q.s. al-Mu’minun: 62)

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Menjadi Lebih Baik

Menyadari banyak hal yang perlu dan seharusnya sudah dilakukan sejak dulu.. Alhamdulillah.. Walaupun baru sadar sekarang tapi tidak ada kata terlambat untuk merubah "dunia".

Alloh akan memberikan sesuatu diwaktu dan saat yang tepat. Apa dan kapanpun itu yakin lah itulah yang terbaik sesuai dengan zamannya..

yang bisa kita lakukan sekarang adalah merubah itu jika telah menemukan kesalahan didalamnya dan meneruskan seraya memperbaiki jika itu dirasa baik untuk semua..

Gempa oh Gempa: Kita Ditegur Lagi


Rabu,30 september 2009 untuk kesekian kalinya negeri ini ditimpa bencana. Kali ini bagian barat sumatera yag mendapat "giliran". Ribuan orang kembali meregang nyawa dalam waktu bersamaan,puluhan rumah hancur rata dengan tanah,ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal,sanak saudara,serta harta mereka. Apa yang sebenarnya terjadi di ibu pertiwi ini? Telah sekian banyak teguran demi teguran yang datang dari berbagai sisi bumi ini. Apakah mereka tak lagi mau hidup berdampingan dengan kita?

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (al-a’raf,7:96)

Menarik sekali ayat ini untuk ditelusuri lebih mendalam. Didalam ayat ini ada perkataan Alloh memastikan,”pastilah”. Jika Alloh telah memberikan kepastian seperti ayat diatas telah pasti tidak akan ada satu hal pun,satu zat pun yang bisa menghalanginya. Alloh menjanjikan atau memastikan kalau penduduk-penduduk negeri beriman dan juga bertaqwa kepada Alloh,Alloh pasti akan memberikan limpahan keberkahan kepada negeri tersebut. Keberkahan yang tidak hanya diberikan dari langit tapi juga dari dalam bumi. Apa lagi yang kita harapkan selain keberkahan dari Alloh??

Lantas coba kita lihat lagi apa yang terjadi di negeri ini dalam beberapa tahun terakhir. Bencana,kegaduhan demi kegaduhan, mulai dari gempa,tanah longsor,gunung berapi,banjir bandang,tsunami,sampai lumpur lapindo yang tak hentinya-hentinya menyemburkan isinya. Gempa demi gempa yang seolah tak putus-putusnya,lagi dan lagi menggoncang bumi negeri ini. Telah ratusan ribu orang musnah,bahkan ada desa yang hampir punah penduduknya ditimbun longsoran bukit yang seolah tak ingin lagi hidup berdampingan dengan manusia disekitarnya. Apakah ini yang kita sebut keberkahan??

Di ayat diatas Alloh telah menjanjikan akan ada keberkahan yang tak terkira jika penduduknya bertakwa. Dan yang terjadi saat ini justru sebaliknya bukan lagi keberkahan tapi malah bencana demi bencana,cobaan yang patah tumbuh silih berganti menghantam dari berbagai sisi. Bumi tak mau lagi bersahabat,langit telah murka,sungai tak mau lagi menampung luapan air yang sangat besar. Seolah bumi ini telah enggan untuk didiami oleh manusia-manusia. Bukankah ini telah masuk ke makna kalimat berikutnya pada ayat diatas? “tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”

Sekarang coba kita balik makna surat al-a’raf ayat 96 ini. Jika penduduk beriman,Alloh akan memberikan keberkahan. Ketika yang datang justru bencana yang henti-hentinya berarti telah seberapa burukkah kondisi keimanan dan ketakwaan kita? Telah seberapa burukkah mental penduduk negeri ini? Seberapa durhakakah kita kepada Alloh? Berapa banyak larangan Alloh yang telah kita lakukan? Berapa banyak perintah Alloh yang telah kita tinggalkan??

Mari kita introspeksi lagi diri masing-masing karena cara yang tepat untuk memperbaiki sebuah bangsa adalah memperbaiki setiap individu di bangsa tersebut. Tidak ada cara lain untuk memperbaiki setiap individu melainkan setiap kita sendiri yang bertakwa kepada Alloh,setiap diri kita sendiri sadar untuk memperbaiki diri masing-masing.

Capailah Citamu


Melakukan sebanyak-banyaknya dan sebaik mungkin serta menghasilkan sebesar-besarnya untuk mencapai puncak setinggi-tingginya dalam keterwujudan usaha yang sungguh-sungguh hingga akhirnya tak bisa menemukan batas kemampuan diri kecuali Alloh berkehendak lain..