Singa itu hanya seekor domba part.1

Dalam pertualangan membaca saya hari ini,saya menemukan sebuah cerita yang menurut saya cukup memotivasi(kalau ga mau dikatakn sangat memotivasi). sebuah cerita yang dapat kita ambil ibroh darinya. menilik kekurangan saya maka saya tidak berani untuk merubah isi cerita dengan tujuan agar tidak merubah makna yang terkandung didalam cerita tersebut dan agar tujuan yang disampaikan oleh penulis aslinya(baca:Habiburrahman el Shirazy,Ketika Cinta Bertasbih) tersampaikan tanpa terganggu oleh kekhilfan saya dalam meng-editnya.

berikut adalah cerita lengkapnya,dengan judul 'Singa itu hanya seekor domba'(judul aslinya 'Kisah Seekor Anak
Singa').selamat membaca.
Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati
setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa
perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan
kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerakgerakkan
tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak
hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup
sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan
melindungi bayi singa itu.

Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai
dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya
kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak mau berpisah dengan sang
induk kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing
pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan
induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu,
makan, minum, bermain bersama anak-anak kambing lainnya.

Tingkah lakunya juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang
mulai berani dan besar itu pun mengeluarkan suara layaknya
kambing yaitu mengembik bukan mengaum!
la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambingkambing
lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya
adalah seekor singa.

Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk
memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian
panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan
meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.

”Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu
yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing
pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.

Tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas
kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik
tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar
dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain
bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah
satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya
diterkam dan dibawa lari serigala.

Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan
serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah,
”Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa
menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang
jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud
perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala

sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat
sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu
kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap
dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang
berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing
yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan
nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan
kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan
cengkeramannya.

Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa
hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras,
”Emmbiiik!”

Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk
menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu
langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang
bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing.
Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap
memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental
kambing itu!

Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya
layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanya
yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak
singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan
mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambing

menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk
kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan
serigala. Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa
yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak
singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega,
dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala
terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang
dahsyat!

Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut
takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari
terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing
itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor
anak singa.

Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu
langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak
singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan
berkata,

”Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku tak
akan memangsa anak singa!”
Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus
mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah
mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa
itu ketakutan,
”Jangan bunuh aku, ammpuun!”

”Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak
singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata, ”Tidak aku anak
kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman
tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak
singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia
menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa
sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih
airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri.
Lalu membandingkan dengan singa dewasa.

Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, ”Oh, rupa
dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
”Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!”
Tegas singa dewasa.
”Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
”Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan
ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi
seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa.

Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan
mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan
mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan.
Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia
ketakutan mendengar auman anak singa itu.

Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan, ”Aku adalah
seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.


melihat ceritanya cukup panjang,maka untuk ibrohnya dapat dibaca di part.2
bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar