Nagari Kaya ‘Semu’


Setelah selesai membaca satu dari empat tetralogi novel Laskar Pelangi saya langsung jatuh cinta pada novel ini. Entah kenapa kisah panjang lebar yang diceritakan penulisnya (Andrea Hirata) itu saya rasakan tidak jauh berbeda dengan kisah saya. Saya mendapat banyak inspirasi ketika membaca novel yang berkisah tentang seorang anak muda melayu belitong bersama teman-temannya ini.

Berasal dari daerah ‘kaya semu’ yang didalamnya penuh kemelaratan,dijajah oleh sistem yang tak berpihak pada rakyat kecil dan berada dalam cengkraman kapitalisme entah itu gaya kapitalisme modern atau mungkin malah konvensional. Itu belitong. Tak jauh berebeda dengan kisahku walaupun disana tak ada jenis kapitalisme seperti itu yang ada hanya kebodohan yang membuat pikiran masyarakatnya lebih terpusat pada apa yang akan dimakan untuk besok,lusa,dan minggu depan. Apa yang akan dibeli minggu depan untuk menambah perabot rumah,memperindah diri dengan membeli pakaian baru jika punya uang tentunya.Tak lebih dari itu. Ditambah beranak pinak memperbanyak anggota keluarga yang akan ditanggung. Tampak prinsip banyak anak banyak rezeki masih begitu melekat pada tradisi kampung kami.

Daerah yang pikiran masyarakatnya terhadap sekolah hanya sekian persen dari beban pikiran yang harus mereka tanggung. Dalam anggapan mereka sekolah hanyalah untuk menghabiskan uang tanpa membuahkan hasil apa-apa dari itu. mereka takut anak mereka jadi anak manja yang pada akhirnya malah tidak bisa berbuat apa-apa karena sekolah hanya menyuguhkan cara untuk baca,tulis dan sedikit berpikir. Tidak untuk bagaimana mencari ‘uang’ kedalam hutan atau dengan menyelam kesungai.

Sekolah hanya akan menambah beban keluarga karena selama proses itu anak mereka tak bisa diandalkan membantu ekonomi keluarga selain hanya membaca buku. berbanding terbalik jika anak mereka ikut ke hutan untuk menebang pohon dan dijadikan balok-balok persegi panjang atau ikut ke sungai untuk menyelam mengumpulkan kerikil untuk didulang mencari emas

Emas,karet,dan kayu adalah hasil bumi utama yang menghidupi masyarakat kampung kami.dibanding dengan desa-desa sekitar,dalam bahasa asli daerah disebut juga dengan nagari,nagari kami paling kaya,karena satu-satunya nagari yang dilalui sungai besar yang mengalir deras dengan segala sumber alam yang bisa diambil darinya. Mulai dari pencari ikan yang pagi-pagi melihat pancingan mereka untuk memanen ikan asli sungai karena kemaren sore dipasang ditepi sungai. Dengan umpan ikan-ikan kecil masih hidup seukuran kelingking orang dewasa mereka bisa mendapatkan ikan sebesar paha manusia gemuk dengan berat badan Sembilan puluh kilogram. Dengan hasil ini saja mereka bisa membeli pakaian baru untuk anak-anak mereka hari jumat nanti Hari jumat adalah hari dimana pasar mingguan digelar.

Penghasilan paling besar didapat dari mendulang kerikil dan pasir disungai untuk mencari kumpulan biji-biji logam,logam yang berwarna kuning mengkilat seukuran serbuk pasir yang jika ditempa dengan alat khusus bisa disebut dengan logam mulia,Emas. Aktivitas mendulang emas ini hanya bisa dilakukan jika sungai sedang bersahabat biasanya dimusim kemarau. Jika dibalahan dunia lain musim kemarau adalah musim yang paling menakutkan,karena selain kering panasnya minta ampun. Musim kemarau ini juga yang akan merenggut sebagian tempat mereka mencari nafkah. Sungai-sungai kecil akan mengering,tanah merekah,tanaman sawah tak mau tumbuh,belum lagi harus menahan untuk tidak mandi beberapa minggu demi menghemat air yang dibagi-bagi secara gratis oleh pemerintah untuk minum dan menanak nasi.

ilustrasi:anak-anak ikut orang tuanya mendulang di sungai

Sungguh berbeda dengan kampung kami justru musim kemarau ini yang ditunggu karena musim kemarau yang akan menjadikan sungai surut sehingga lebih dangkal yang memudahkan proses memyelam untuk pengambilan kerikil yang akan didulang mendapatkan emas. Tidak sedikit orang tua yang akan bermalam ke hulu atau ke hilir sungai sampai beberapa hari dan baru balik hari kamis sore untuk menjual emas hasil dulangan mereka agar besok jumatnya bisa pergi kepasar membeli segala sesautu yang baru.

Sungguh ironis memang dari demikian banyak orang tua yang menginap ke hulu sungai maka tak sedikit juga anak-anak mereka yang juga diajak karena tidak mungkin untuk tinggal sendirian dirumah. Maka tiap musim kemarau saya mendapati sedikit demi sedikit teman sekelas saya semakin berkurang karena lebih tergiur untuk mencari uang secara instan dibandingkan harus sekolah dulu yang tak jelas ujungnya. Entah kapan bisa mengasilkan uang dari sekolah mungkin itu yang terlintas dipikiran mereka dan orang tuanya. Orang tua yang lebih memilih anaknya segera mendapatkan uang.

Jika musim kemarau telah hilang angin malam mulai terasa lembab,disiang hari tak ada lagi bunyi uyia-uyia. Binatang yang biasanya berbunyi nyaring disiang hari jika matahari sedang memancarkan panasnya dengan terik. Pertanda musim hujan telah datang. Hujan dari pagi hingga pagi lagi membuat sungai yang tadi bersahabat mejadi meluap tidak memungkinkan untuk meyelam.

Suatu hari tetap ada yang nekat untuk menyelam ke sungai yang sangat keruh mungkin jarak pandang didalamnya tidak lebih dari sejengkal. Pria malang itu akhirnya meregang nyawa karena pipa udara yang terpasang ke hidungnya yang berasal dari mesin kompresor itu tersangkut melilit kayu-kayu yang menyilang didasar sungai. mesin kompresor adalah mesin yang sering digunakan oleh tukang tambal ban dipinggir jalan untuk mengisi angin ban mobil atau motor.

Karena sungai yang tidak bersahabat ini tidak memungkinkan mereka untuk terus melanjutkan pekerjaan yang satu ini. tetapi hanya butuh dua hari bagi masyarakat kampung untuk mencari pekerjaan baru. Itupun dua hari hanya untuk mempersiapkan barang serta makanan untuk tempat penginapan mereka yang lain,yaitu ke hutan. Menjarah kayu-kayu besar yang telah disediakan alam. Dengan membawa mesin xin shaw ,mesin pemotong kayu dengan bunyi seperti teriakan setan didasar neraka itu bisa digunakan untuk memotong dan menebang pohon bahkan dengan ukuran yang untuk memeluknya saja butuk tiga orang dewasa membentangkan tangannya sambil membentuk lingkaran.

ilustrai: kerja para bapak-bapak bersama anak lelaki mereka mencari penghidupan

Karena pekerjaan ini tergolong berat maka ibu-ibu akan memilih pekerjaan lain untuk menambah penghasilan keluarga,yaitu menggerus kulit pohon karet untuk mendapatkan getah. Sungguh luas kebun karet yang mengilingi kampung bahkan sampai radius sepuluh kilo meter ke sagala penjuru mata angin masih ditemukan kumpulan batang pohon karet hasil ladang keluarga beberapa tahun silam. Setiap kepala keluarga memiliki minimal satu lahan kebun karet.

Nagari dengan kekayaan alam melimpah itulah tempat asalku,masa kecilku,tempat aku dibesarkan menimba pengalaman dari alam. Disebuah desa yang terletak dipinggiran sungai Batang Kuantan agar sampai kesana harus menggunakan perahu untuk menyeberangi sungai dengan lebar sekitar tiga puluh meter itu. Sungai ini akan terus mengalir membawa muatannya hingga ke laut melewati Provinsi Riau.

Desa kami memang sangat jauh dari pusat terletak terpencil disuatu kabupaten Sawahlunto Sijunjung dekat perbatasan dengan kecamatan kuantan Provinsi Riau. Hijau hutan masih terasa begitu asri jika melihat sekeliling itulah yang harus dilewati jika ingin mencapai desa tertinggal itu. membutuhkan waktu 6 jam lebih dari pusat kabupaten menggunakan truk atau mobil khusus karena ‘mobil mewah’ tidak akan bisa masuk melewati jalan penuh lubang dan berlumpur seperti kubangan gajah terutama jika musim hujan.

ilustrasi:rendahnya semangat orangtua untuk menyekolahkan anak mereka

Tapi satu hal yang cukup memprihatinkan,kalau tidak dikatakan sangat,kekayaan alam yang melimpahnya itulah ditambah dengan akses keluar yang cukup rumit membuat semangat anak-anak dan orang tua urung untuk melanjutkan sekolah anak mereka. Lebih baik mencari uang langsung daripada sekolah tidak jelas ujungnya,kata itu seperti tertempa dengan trauma kedalam relung hati kebanyakan orang tua disana. terlebih setelah melihat sebagian anak-anak yang disekolahkan keluar,balik ke kampung tidak tampak membawa perubahan.

Dan sekarang saya berada disini,saya bangga dengan diri saya sendiri,dan saya punya mimpi Berusaha untuk menemukan rangkaian takdir dalam proses untuk merubah nasib

baca artikel berhubungan:
1. singa itu hanya seekor domba part 1
2.
singa itu hanya seekor domba part 2


Tidak ada komentar:

Posting Komentar