Efek media terhadap sikap masyarakat Indonesia suka mengeneralisasi

Tidak bisa dipungkiri media masa memiliki efek yang sangat besar terhadap suatu bangsa. Bagaimana tidak saat ini media masa terutama televisi memegang peranan lebih dari 75 % penyampai informasi kepada masyarakat. Apalagi masyarakat pedesaan yang tidak mengenal adanya Koran yang bisa dibaca setiap pagi satu-satunya berita dari nasional yang bisa mereka dapatkan hanyalah dari televisi setelah radio-radio yang biasanya memiliki jangkauan luas sudah kehilangan pamornya. Radio tidak dilirik lagi sabagai sarana hiburan apalagi untuk mendapatkan informasi dan berita. Apalagi internet jelas belum menjangkau lingkugan mereka. Kita juga tahu bahwa sebagian besar orang Indonesia memang belum mendapatkan pendidikan yang cukup. Dengan kondisi seperti ini membuat pemikiran mereka cukup untuk menerima apapun yang disampaikan di televisi untuk mengartikan Indonesia sebagai negara adalah seperti yang mereka lihat. Sebagian besar masyarakat Indonesia akan terima saja apa adanya yang ada di televisi.

Setelah reformasi,pers Indonesia memang memiliki kebebasan yang jauh lebih luas jika dibandingkan dengan masa orde baru. Dimana saat itu suara mereka dibungkam atau mungkin diancam untuk hanya memberitakan hal-hal baik tentang pemerintah. Jika saja mereka menyiarkan hal-hal yang tidak baik tentang pemerintahan apalagi dalam bentuk kritikan bukan rahasia umum lagi jika episode berikutnya penonton hanya akan menemukan siaran lagu-lagu daerah disaat jam tayang yang sama. Itu karena acara tersebut sudah diblokir pemerintah atau mungkin pemilik acara tersebut sudah disidangkan di pengadilan keesokan harinya dan di penjara sampai waktu yang tidak ditentukan karena dianggap menentang pemerintahan. Itu dizaman orde baru.

Sekarang pers Indonesia mendapatkan hak sebebas-bebasnya untuk memberitakan apapun selagi mereka bisa mendapatkan berita itu. Lihat saja berita-berita ditelevisi mulai dari kehidupan artis yang selalu kawin terus cerai dengan gampangnya sampai kepada berita tentang kepresidenan atau kritikan terhadap kebijakan pemerintah. Belum lagi berita kriminal yang setiap hari di semua stasiun televisi tidak pernah kehabisan bahan untuk diberitakan.

Dilihat dari beberapa sisi kebebasan pers ini memang memiliki cukup banyak keuntungan jika dibandingkan dengan masa lalu saat pergerakan mereka masih dikekang. Dari sudut permediaan jelas mereka sangat senang dengan kebebasan pers yang ada sekarang karena mereka tidak perlu khawatir lagi untuk menulis berita karena takut akan ada ancaman atas keselamatan mereka karena negara sudah menjamin itu. Semua yang terjadi dibelahan Indonesia bahkan sejam atau beberapa menit setelahnya kita sudah bisa mengetahuinya selagi itu bisa dijangkau oleh wartawan,apapun itu. Memang ini kemajuan yang sangat signifikan menandakan kecanggihan permediaan Indonesia. Tidak jarang kita lihat stasiun-stasiun televisi berlomba untuk memperlihatkan siapa yang paling cepat menyajikan berita kepada masyarakat. Informasi yang update dan segar dengan gampang kita dapatkan cukup dengan menonton televisi.

Tapi yang kurang kita sadari adalah ternyata semakin besar menfaat suatu benda maka akan semakin besar pula mudarat benda tersebut. Bisa kita ambil contoh sebuah pisau. Kita buat pisau yang canggih dan sangat tajam. Untuk memotong apapun jadi lebih gampang bahkan dengan usaha yang jauh lebih kecil dibanding menggunakan pisau biasa. Jelas pisau ini memiliki menfaat yang besar karena memberikan kemudahan. Tapi mudaratnya pisau yang tajam ini jika digunakan dengan kurang hati-hati bisa melukai pemakainya sendiri atau lebih parahnya lagi bisa digunakan untuk melukai orang lain.

Begitu juga dengan permediaan dengan kecanggihannya bisa memberikan informasi yang update tiap saat jelas ini juga memberikan manfaat yang besar karena kita bisa tahu tantang belahan dunia lain hanya dengan duduk didepan televisi. Ternyata justru kecanggihan inilah yang memberikan mudarat kepada masyrakat. Karena kecanggihannya mereka bisa memberitakan apapun tanpa diperhitungkan dengan matang terlebih dahulu.

Salah satu yang sangat disoroti disini adalah berita kriminal. Mungkin tujuan pembuat berita adalah agar masyarakat waspada karena banyak kejahatan dan kriminal dimana-mana. Tujuan ini memang baik tapi yang sedikit mendapat perhatian adalah seperti yang saya tulis tadi pada judul diatas, “Efek media terhadap sikap suka mengeneralisasi masyarakat Indonesia” . berita-berita kriminal yang diberitakan setiap hari oleh semua stasiun televisi ini membuat penilaian masyarakat bahwa Indonesia tidak pernah aman,setiap hari dan dimana-mana ada kajahatan. Tapi bisa kita tilik lagi bahwa keburukan yang diberitakan itu diambil dari berbagai daerah di Indonesia dan mungkin saja peristiwa seperti itu hanya terjadi sekali di daerah itu. Tapi karena daerah diindonesia sangat banyak satu persatu berita itu dikumpulkan walaupun cuma dapat lima sampai enam berita setiap harinya tapi karena beritanya bersifat nasional akibatnya penilaian masyarakat adalah Indonesia seperti ini--penuh dengan kriminal apalagi ditambah dengan gaya pembaca beritanya yang sangat meyakinkan. Tapi coba bayangkan dari luasnya Indonesia dan banyak daerah yang ada di Indonesia lima sampai enam berita kriminal itu setiap harinya sebenarnya bukanlah hal yang terlalu buruk. Coba saja hitung persentasenya mungkin tidak akan mencakup lebih dari 0.05% daerah di di Indonesia.

Contoh berikutnya yang mengiris hati para insan pelaku dunia kesehatan terutama para dokter dan rumah sakit. Beredar isu dan berita tentang malpraktek. Padahal saya yakin sekali itu hanya pekerjaan oknum tertentu tapi lihat saja akibatnya karena cara pemberitaannya di televisi akibatnya masyarakat memiliki penilaian yang salah seolah semua dokter seperti itu. Mungkin anda pernah membaca tanggapan orang-orang di artikle salah satu Koran elektronik tentang malpraktek hampir semua komentar-komentar disana menyudutkan profesi dokter dan pekerja rumah sakit.

Kalau seperti ini terus menerus maka wajar di zaman orde baru yang notabene kehidupan dikekang,justru masyarakat merasa lebih nyaman. Memang tidak bisa dipungkiri coba saja tanyakan pada orang tua kita zaman dulu bagaimana tanggapan mereka terhadap pemerintahan presiden Soeharto,yang pasti sebagian besar dari mereka merasa Indonesia lebih baik kala itu. Bandingkan dengan sekarang justru penilaian masyarakat sekarang adalah pemerintah tidak becus mengurusi rakyatnya. Padahal kalau dilihat-lihat zaman orde baru tidaklah lebih baik dari sekarang.

Semoga media masa kedepannnya sebagai orang yang lebih berpendidikan bisa memberikan informasi yang lebih mendidik kepada masyarakat Indonesia yang sebagian besar belum mengenyam pendidikan yang cukup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar