Ini Mimpiku

Hari menjelang siang ketika saya sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Kerumuman orang berlalu lalang sibuk dengan urusannya masing-masing semakin menunjukan predikatnya sebagai salah satu bandara tersibuk di dunia. Saya sudah maklum dengan keadaan ini.

Pagi itu waktu masih menunjukan pukul 9.00 pagi. Bus yang mengangkut saya dan penumpang lainnya dari Bandung memang sampai bandara agak lebih cepat dari biasanya. Kali ini tidak ada macet. Perjalanan dengan bus dari Bandung ke Jakarta begitu lancar. Macet dari dulu memang menjadi sesuatu yang patut diwaspadai dalam perjalanan menuju Ibu Kota negara ini. Tapi beberapa bulan ini, kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah sejak beberapa tahun lalu sudah mulai menunjukan hasil. Macet yang biasa menjadi mimpi buruk kota ini sudah mulai beranjak membaik. Masyarakat sudah menunjukan kesadaran untuk beralih menggunakan transportasi umum. Transportasi bukan menjadi masalah lagi bagi masyarakat kota ini, kita bisa kemana saja dengan traspotartasi umum yang layak, nyaman dan harga terjangkau. Berkat perjalanan yang lancar, saya bisa menghemat beberapa waktu dan bisa sedikit lebih santai.

Setelah check in dan semua urusan administrasi bandara selesai, saya langsung menuju mushala untuk melaksanakan shalat dhuha. Saya melirik pada jam tangan dan melihat tiket untuk memastikan kembali bahwa pesawat yang saya tumpangi boarding pukul 10.30 dan sekarang masih pukul 9.30, waktu yang tersedia masih cukup luang.

***

Benar saja dugaan saya, mushala agak penuh dan untuk wudhu di jam-jam seperti ini harus mengantre. Untung waktu yang tersedia cukup panjang jadi tidak masalah. Kesibukan orang-orang di bandara ini tidak membuat mereka lupa untuk menunaikan shalat dhuha. Semangat dan kesadaran untuk selalu mendekatkan diri pada Sang Khalik sudah menjadi keseharian masyarakat, pun dalam keadaan sibuk seperti ini. Di mushala yang cukup luas dan nyaman ini silih berganti para musafir mengisi saf-saf kosong untuk menunaikan shalat. Beberapa dari mereka yang mungkin masih punya waktu cukup luang, ada yang mengisi waktu dengan tilawah dan juga yang memilih untuk berdiskusi hangat dengan yang lain. Sepertinya mereka baru kenal, tapi tampak begitu akrab. Begitulah, keramahan dan keyakinan bahwa setiap muslim itu bersaudara tampak jelas dari kehangatan mereka dalam bercengkrama.

***

Selesai shalat, saya langsung menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat. Bapak Satpam yang sedari tadi berdiri di pintu tampak sibuk seperti penyambut tamu di pintu masuk ruang tunggu. Ia mengucapkan salam selamat datang dengan ramah kepada siapa saja yang datang. Wajah-wajah orang disini begitu menyejukan.

Masuk ke ruang tunggu, tampak beberapa orang disini sedang memegang mushaf dan mulut komat-kamit denga khusyuk. Ya, mereka sedang tilawah. Pemandangan seperti ini sudah biasa tampak di tempat umum, terutama di ruang tunggu seperti ini. Seolah tidak ada lagi waktu luang kecuali untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Saya layangkan pandangan sekeliling ruangan untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tampak di salah satu sudut ada kursi panjang yang belum ditempati. Saya langsung kesana lalu duduk sambil mengeluarkan handphone untuk mengirim sms pada orang di rumah, istri tercinta. Saya memberi tahu dia bahwa saya sudah sampai bandara, sekarang di ruang tunggu, sebentar lagi naik pesawat dan berangkat. Biasanya dia selalu mendampingi saya kemanapun saya pergi termasuk acara-acara keluar kota seperti ini. Tapi kali ini, istri saya sedang hamil anak kedua kami dengan usia kandungan 7 bulan. Saya meminta dia untuk tetap istirahat di rumah sambil menemani putra pertama kami bermain. Dia dengan berat hati melepas saya pergi sendirian berpesan sebelum saya berangkat untuk selalu mengabarinya saban waktu. Tipikalnya yang sangat perhatian membuatnya terkesan selalu khawatir. Saya sudah paham betul ini. Ini adalah bentuk sayangnya pada suami.

“Iya, sayang. Hati-hati ya. Jaga kesehatan. Jangan lupa nanti makan siang, tadi bekal makan siangnya udah mama taruh dalam tas. Mama lagi ngajarin kakak menulis huruf arab. ^^ ” Balasan sms darinya.

***

Di seberang kursi tempat saya duduk, saya melihat lima orang anak muda kira-kira berumur 19-21 tahun, tiga orang laki-laki dan dua orang lagi perempuan. Saya teringat ketika saya mahasiswa, persis seperti mereka, saya bersama teman-teman juga sering berpergian seperti itu. Dari jaket yang mereka pakai, saya merasa tidak asing lagi, saya kenal dengan jaket itu. Itu adalah jaket yang menunjukan identitas mahasiswa muslim Fakultas Kedokteran se-Indonesia, ya mereka memakai jaket Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia (FULDFK).

Tanpa sungkan saya dekati mereka. Dengan salam hangat saya sapa mereka lalu memperkenalkan diri. Ternyata mereka sudah mengenal saya.

“Ini Bang Nesta kan? Ketua FULDFK tahun 2012 yang juga sudah menulis beberapa buku itu? Maaf, Bang, tadi kami tidak menyadari ada Bang Nesta disana. ”

Pembicaraan dilanjutkan, saya bertanya mereka dari mana dan tujuan mereka mau kemana. Mereka berasal dari salah satu Fakultas Kedokteran di Jakarta. Mereka mau ke Makassar untuk mengikuti Konferensi Mahasiswa Muslim Fakultas Kedokteran se-Indonesia yang diadakan oleh FULDFK. Tuan rumah tahun ini adalah Universitas Hasanuddin. Tujuan saya juga kesana untuk menjadi salah satu pembicara.

Salah satu dari mereka bercerita dengan semangat dan antusiasme tinggi. Dia adalah salah satu Steering Committee dari acara ini. Saya jadi ingat masa-masa muda dulu. Ketika masih seperti mereka. Mencoba membangun mimpi dan sekarang waktu menuainya. Sekarang giliran mereka bermimpi dan nanti kelak mereka akan membuat karya yang lebih baik dari apa yang dulu telah kami lakukan.

“Jadi begini, bang. Pertemuan antar mahasiswa Kedokteran yang diadakan tahun ini adalah pertemuan terakbar yang diadakan FULDFK tahun ini. Tema yang kita usung adalah ‘Peran Dokter Muslim dalam Membentuk Peradaban Islam.’ Total mahasiswa FK yang hadir ada sekitar 250 orang, hampir dari seluruh FK di Indonesia. Disana mereka akan memaparkan mimpi-mimpi mereka dan karya apa saja yang telah mereka perbuat untuk bangsa ini. Peserta yang hadir ini bukan sembarang orang, bang. Mereka dipilih sebagai peserta melalui seleksi yang ketat. Mereka yang terpilih hanya mereka-mereka yang telah melakukan banyak hal dan menghasilkan banyak karya di bidang kedokteran, baik Ilmiah, keorganisasian, maupun sosial kemasyarakatan. Dan beberapa dari mereka akan menjadi pembicara utama dalam konferensi nanti didampingi pembicara-pembicara besar lainnya, baik yang berskala nasional maupun internasional. Diharapkan acara ini akan menjadi ajang syiar terbesar FULDFK tahun ini. Kita ingin menunjukan bahwa kita sudah siap menuju gerbang peradaban yang baru, peradaban islam. Dokter dan mahasiswa kedokteran menjadi salah satu elemen penting dalam masyarakat dalam membentuk kondisi masyarakat yang madani. Tidak hanya kita, bang. Organisasi-organisasi kemahasiswaan di jurusan lain juga telah melakukan hal yang sama. Dan pemahaman dokter muslim sudah mengakar dalam sebagian besar mahasiswa kedokteran, bang. “

Saya hanya bisa berdecak kagum mendengar penjelasan darinya. Apa yang dulu kami impikan sudah mulai menunjukan titik terang.

“Di tataran Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (LDFK) juga sudah tertata dengan sangat baik, bang. Jaringan nasional kita melalui FULDFK sudah sangat kuat. Terakhir kita bersama perwakilan ketua-ketua LDFK se-indonesia melakukan kunjungan ke DPR untuk menyampaikan aspirasi kita terkait biaya pendidikan kedokteran yang mahal. Buku-buku panduan pengembangan dakwah FK dan Kedokteran Islam juga terus diperbaharui dan ditulis lagi yang baru. Mahasiswa-mahasiswa didikan LDFK juga banyak yang berprestasi tinggi. Terakhir Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional adalah pengurus LDFK di salah satu universitas di Sumatera dan itu pengurus LDFK yang ke empat secara berturut-turut menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional, bang. Setiap LDFK sudah bisa mandiri membuat kegiatan-kegiatan sendiri, dengan berbagai bahasan tentang islam baik ilmiah, syiar dakwah, pengabdian pada masyarakat, dan banyak lainnya. Sekarang LDFK di semua Universitas sudah legal bahkan dekanat juga sangat mendukung kegiatan-kegiatan bernuansa Islam. Mentoring juga bukan hal yang aneh lagi, laporan terakhir yang saya dapat dari departemen FULDFK yang mengurusi ini, hampir semua mahasiswa muslim FK di tiap universitas sudah ikut mentoring secara secara bertingkat di tiap angkatan. ”

“Oh bagus sekali, dek. Kami generasi pendahulu kalian bangga dengan prestasi yang telah kalian buat. Eh iya, sudah dipanggil, yuk segera naik pesawat.”

Tidak terasa waktu setengah jam telah berlalu. Panggilan untuk segera menaiki pesawat sudah disampaikan lewat pengeras suara. Pembicaraan kami terpotong. Kami bergegas naik pesawat dan menempati tempat duduk masing-masing. Tempat duduk kami terpisah, saya duduk di bagian belakang pesawat dan mereka di bagian depan. Saya duduk paling pinggir dekat jendela. Seperti biasa, ini adalah tempat duduk yang paling saya suka ketika naik pesawat. Dari situ saya bisa melihat keindahan ciptaan Yang Maha Besar yang terbentang di darat, laut, awan dan langit yang luas.

Setelah tatacara keselamatan dalam pesawat disampaikan oleh awak kabin, pilot memandu semua penumpangnya untuk berdoa terlebih dahulu sebelum mumulai penerbangan. Semoga perjalanan kita berkah.

Pesawat mulai melaju kencang, , melawan terpaan angin, membubung tinggi ke angkasa menembus awan putih yang tebal, terus dan terus naik sampai puncak ketingiian tertinggi. Suasana tenang dalam pesawat, cerita indah tadi, dan pemandangan awan yang menakjubkan semakin meyakinkan saya bahwa Allah mahabesar. Allah Maha Penguasa atas segala sesuatu. Maka titipkanlah mimpimu pada-Nya. Ia yang akan menjadikan mimpi itu nyata.

Suatu masa
Di perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta menuju Makassar
Bersama FULDFK

3 komentar: