Pelajaran dari Situ Gintung


Bencana?? Mungkin itu kata yang pertama kali terucap dari mulut kita ketika mendengar kata “situ gintung”. Di balik setiap bencana yang terjadi pasti ada hikmah tertentu yang dapat kita ambil dari sana. Pasti Allah merencanakan sesuatu terhadap makhluknya dengan bencana itu dan mungkin juga itu adalah salah satu bentuk komunikasi Allah dengan makhluknya karena kita sudah banyak meninggalkan apa yang diperintahkan-Nya atau malah melakukan apa yang dilarang-Nya. Ini adalah peringatan buat kita semua.

Dan yang pasti Allah akan memberikan yang terbaik pada makhluknya dibalik semua itu terlepas dari segala kesedihan dan keputus-asaan yang muncul pada awalnya.

Terilhami oleh seorang pembicara handal (kang tora) maka terinspirasi untukmenulis note ini.

Mari kita lihat lagi apa yang terjadi disaat air bah yang muncul dari jebolnya tanggul pada situ tersebut dimana air yang awalnya begitu tenang bisa menghantam dan menggulung apa saja yang menghadangnya hingga merenggut nyawa lebih dari 100 jiwa dan menporak-porandakan puluhan bangunan.

Peristiwa itu terjadi di saat subuh tepat setelah azan dikumandangkan. Di saat dimana hampir seluruh orang masih terlelap sesuai dengan janji Allah bahwa Ia akan menimpakan bencana pada manusia disaat keadaan lengah. Nah beruntung lah orang-orang yang sudah bersiap-siap untuk melaksanakan shalat subuh karena meninggal dalam keadaan sedang beribadah. Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa orang yang selalu mempersiapkan diri mereka untuk kematian merekalah yang akan mendapatkan kesuksesan di akhirat nanti.

Ada satu hal lagi yang sangat menarik untuk dicermati bencana ini datang tepat antara azan telah dikumandangkan dan menunggu iqomah. Apad pernyataan ini dapat kita bagi beberapa kelompok orang yang sedang berada disana saat air bah tersebut menggulung.

Kelompok pertama,orang yang sudah menuggu di mesjid bahkan sebelum azan,

kedua,kelompok orang yang langsung bergegas menuju mesjid ketika mendengar suara azan,

ketiga,ada kelompok yang bersantai ria dalam perjalanan kemesjid (mungkin dengan berkata: ah shalatnya jugabelum dimulai.. soalnya belum iqomah)

keempat,orang yang menuggu iqomah dulu baru ngambil wudu selnjutnya baru ke mesjid,

kelima,orang yang melanjutkan tidurnya lagi setelah terbangun karena azan,

keenam,ada yang bahkan tidak terbangun( emang ga ada niat bangun shubuh atau ketiduran,wallahu a’lam)

dan mungkin lebih banyak lagi kelompoknya jika kita melihatnya lebih detail.. sekarang yang terpenting bagaimana kita melihat esensi dari pengelompokan itu..

coba kita bayangkan jika saja semua kelompok orang itu semuanya meninggal ketika gulungan air yang tumpah dari danau yang tenang itu menghujam.. apa yang akan terjadi pada masingorang ini??
Mungkin kita bisa jawab sendiri.. dan yang paling penting adalah kita berada di possisi mana setiap ada panggilan untuk shalat?? Bayangkan juga jika ketika bencana itu datang kita lagi ada disana…dikelompok manakah kita??

“semua orang ingin masuk surga,tapi ada yang lambat (nunggu hisabnya lama) dan ada juga yang cepat. Bedanya adalah ketika ada kesempatan untuk berbuat amal kebaikan ada yang ngambilnya cepat,ada yang lambat responnya,atau malah ada yang tidak mengambil sama sekali”

Semoga menjadi renungan buat kita semua.. Sudahkah kita mempersiaokan diri untuk di jemput Kematian??