Sepakbola, Nasionalisme, dan Kedewasaan

Siapa yang tidak tahu dengan piala AFF baru-baru ini. Kejuaraan yang ditutup dengan pertandingan antara Indonesia vs Malaysia. Walaupun berakhir dengan kekalahan tapi apa yang dipertunjukan oleh Timnas Indonesia benar-benar mampu menyedot perhatian semua kalangan. Mulai dari tukang ojek, tukang becak, sampai ke instana presiden ditemukan ada nonton bareng menyaksikan pahlawan-pahlawan Indonesia berlaga.

Perjalanan Indonesia
Pada pertandingan pertama, Indonesia mampu mengalahkan Malaysia dengan skor telak yakni 5-1, disusul dengan kemenangan besar selanjutnya, 6-0 melawan Laos. Pertandingan terakhir di group A Indonesia berhasil menggulung Thailand, yang disebut sebagai raja Asia Tenggara bidang sepakbola, dengan skor 2-1, sekaligus memastikan Thailand gagal lolos dari penyisihan group. Posisi mereka digantikan oleh Malaysia yang mulai bangkit dengan mangalahkan Laos di waktu yang sama. Di semifinal, Indonesia kembali menunjukan keperkasaannya dengan menghantar Philipina pulang kampung setelah kalah dua kali, masing-masing dengan skor 1-0. Pada pertandingan lain Malaysia melanjutkan momentum kebangkitannya dengan mengalahkan juara bertahan, Vietnam. Kemenangan tersebut menghantarkan mereka untuk kembali bertemu dengan Indonesia di final.

Kemenangan demi kemenangan dipersembahkan oleh Timnas pada piala AFF 2010 ini. Hal ini membuat masyarakat Indonesia bergeming, perjuangan Bamabang Pamungkas dkk menjadi buah bibir dimana-mana. Berkali-kali kata-kata tertentu dari Indonesia menjadi topik pembicaraan utama di situs jejaring sosial. Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales adalah salah duanya, kedua pemain ini adalah pemain naturalisasi yang masuk menjadi warga Indonesia sekaligus pemain Timnas beberapa bulan lalu. Permainan mereka langsung mendapat pujian setelah mempersembahkan gol demi gol untuk kemenangan Indonesia. Walaupun dulu sempat ada yang kontra dengan naturalisasi ini, tapi sekarang hampir semua orang senang dengan keputusan tersebut. Masyarakat seperti tersihir lupa dengan kondisi sebelumnya, sekarang yang mereka lihat hanya kemenangan dan kesempatan menjuarai kejuaraan sepakbola antar negara-negara asia tengara ini untuk pertama kalinya.

Euphoria
Setiap orang membicarakan Timnas dan kemenangan Indonesia. Pertandingan demi pertandingan semakin membuat piala AFF menjadi pusat perhatian. Indonesia dinaungi euphoria. Wajar saja, bertahun-tahun mereka menunggu kebangkitan sepakbola dan prestasi dari bidang ini. Momentum piala AFF ini seperti menjadi jawaban penantian masyarakat. Penantian terhadap prestasi yang sudah lama tak pernah singgah ke negara ini. Semua media membicarakan Timnas, bahkan seperti lupa bahwa luka masyarakat akibat bencana beruntun baru-baru ini belum sembuh benar. Tapi tak apa, mungkin kemenangan-kemenangan timnas ini juga menjadi obat penyembuh buat mereka agar tak larut dengan kesedihan.

Stadion Gelora Bung Karno (GBK) tidak pernah lagi sepi, bahkan tak ditemukan satupun kursi kosong dari kapasitas yang disediakan. Puluhan ribu masyarakat menyempatkan waktu untuk mendukung timnas kesayangan mereka. GBK dibanjiri lautan manusia. Merah mewarnai setiap sudut stadion. Bahkan presiden dan jajaran menterinya menjadi bagian dari lautan manusia itu. Setali tiga uang kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di stadion GBK, di warung-warung, di lapangan, di jalanan, bahkan di kantor-kantor pemerintahan digelar layar-layar lebar untuk menyaksikan timnas berlaga.

Euphoria berlanjut ketika Indonesia berhasil melaju keluar dari babak penyisihan Group. Stadion yang awalnya hanya diperuntukan untuk 70 ribu penonton, mengingat usia stadion yang sudah tua, terpaksa harus dinaikan kembali menjadi kapasitas maksimal, yaitu 95 ribu penonton. Semua kursi yang tersedia disana ludes dibeli supporter Indonesia yang terkenal fanatik ini. Tidak sampai disitu, menjelang partai final, animo masyarakat semakin meningkat. Semua orang berniat untuk mendukung langsung, puluhan ribu orang datang berbondong-bondong membeli tiket di stadion GBK. Ditambah manajemen penjualan tiket yang buruk, bahkan sampai terjadi kericuhan. Supporter saling dorong, merusak fasilitas yang ada, saling lempar satu sama lain, untuk mendapatkan tiket.

Kedewasaan Masyarakat
Kedewasaan masyarakat Indonesia diuji, setelah lebih dari dua minggu dipertontonkan dengan kemenangan, hari itu orang-orang harus berhadapan dengan manajemen penjualan tiket yang buruk. Sifat asli orang Indonesia terpaksa harus muncul ketika menghadapi kondisi penjualan tiket, kericuhan tak bisa dielakan. Entah siapa yang salah, PSSI atau supporter Indonesia yang tidak dewasa, yang jelas kericuhan itu sudah terjadi, merusak euphoria yang indah dalam dua minggu terakhir. Malamnya di Malaysia, Indonesia kembali harus tertunduk, tuan rumah ternyata tidak selemah ketika di penyisihan group. Indonesia digulung dengan skor telak pula, tiga gol tanpa balas.

Terlepas dari kecurangannya yang ditunjukan oleh supporter Malaysia, dengan menembakan laser ke mata pemain Indonesia, yang jelas Indonesia kalah. Tampak sekali setelah insiden pemain protes kecurangan ini, setelah permainan sempat dihentikan, konsentrasi pemain Indonesia seperti terjun payung tanpa payung, mental bermain langsung turun. Malaysia berhasil memanfaatkan situasi dengan menyarangkan gol ke gawang Indonesia, disusul dengan dua gol lagi setelahnya, 15 menit itu menjadi neraka untuk tim Indonesia. Mental sang calon juara benar-benar diuji dipertandingan ini, hasilnya bisa dilihat dipertandingan salanjutnya.
Hari suram untuk Indonesia, kericuhan penjualan tiket, kalah 3-0, dan merasa dicurangi, membuat supporter mulai beraksi. Kebencian terhadap negara tetangga kembali memucak. Memang pertandingan dua negara serumpun ini tidak hanya di lapangan ini saja, berpuluh konflik sudah mengendap sejak dulu. Pertandingan ini menjadi pelampiasannya. Masyarakat Indonesia geram karena satu persatu produk negara ini diklaim oleh Negara tetangga kita yang satu ini, sekarang ditambah lagi dengan kecurangan mereka.

Kekhawatiran mulai muncul dari beberapa pihak menjelang pertandingan leg kedua nanti di GBK. Takut Supporter Indonesia berulah, takut terjadi aksi balas dendam, apalagi jika kalah dari Malaysia. Ribuan personil kepolisian disiapkan untuk mengantisipasi, bahkan Presiden ikut berkomentar meminta supporter Indonesia tidak anarkis. Ternyata hasilnya diluar dugaan, Indonesia menang di GBK, tapi kalah aggregate dari Malaysia. Masyarakat Indonesia harus rela melihat tim lawan melakukan selebrasi kemenangan di kandang mereka sendiri. Tapi masyarakat Indonesia mampu menunjukan kedewasaannya. Tanpa anarkis, tanpa rusuh, tanpa ricuh menghiasi malam kemenangan tanpa piala itu. Seusai pertandingan supporter keluar stadion dengan tertib, yang jelas tetap dengan kepala tegak, bangga dengan perjuangan timnas, bangga dengan Indonesia.

Indonesia menunjukan dirinya sebagai bangsa yang besar, bangsa yang spotif, slogan ”lebih kalah dari pada menang curang” dijunjung tinggi oleh supporter Indonesia pada malam itu. Kedewasaannya juga ditunjukan dengan tetap menghargai lawan walaupun merayakan kemenangan diatas kekalahan sendiri.

Indonesia Bersatu
Kata orang segala sesuatu butuh momentum. Melalui piala AFF ini Indonesia sudah menemukan momentumya. Momentum untuk kembali bangkit, kembali optimis, bersatu padu, membangun bangsa ini. Walau tak jadi juara, timnas telah berhasil mempersatukan masyarakat Indonesia dalam satu kebangaan dan nasionalisme yang tinggi. Bhineka tunggal ika benar-benar terlihat dari piala AFF ini. Masyarakat Indonesia bersatu dalam kebangsaan dan kebanggaan. Mulai dari aceh hingga papua, masyarakat bersatu untuk mendukung Indonesia. Berbagai komentar persatuan dan kebanggan dikeluarkan baik di media maupun situs jejaring sosail. Momentum itu sudah datang. Setelah selama ini masyarakat dicekoki dengan kekecewaan, malam itu Indonesia menemukan kembali persatuannya, paling tidak karena efek sepakbola.
Setelah piala AFF banyak komentar yang menganalogikan pertandingan sepakbola ini dengan bangsa Indonesia.Ya begitu lah seharusnya Indonesia. Berjuang tanpa henti sampai titik darah penghabisan membangun Indonesia di segala bidang. Bangsa ini bangsa yang besar, kita seperti gajah yang masih tertidur, butuh momentum untuk membangunkannya, dan mulai berjuang. Indonesia tidak sekerdil itu, kita tidak sejelek itu, kita jauh lebih baik dari anggapan kita sendiri.
Semoga setelah momentum piala AFF ini semakin berkurang kita mendengar, ketika berhubungan dengan kejelekan, keluar komentar, “beginilah Indonesia”. Tapi kedepan kita rubah mindset itu, kita bangun mindset baru, “beginilah Indonesia dengan prestasi yang membanggakan”. Dan semua orang berucap “ SAYA BANGGA DENGAN INDONESIA”. Sekarang tinggal bagaimana kita, PSSI, pemerintah negeri ini, dan segala elemen bangsa ini, memanfaatkan momentum yang ada ini untuk melakukan perbaikan, ikut serta membangun bangsa ini.

Pintar Itu Tahu Lebih Dahulu

"Hakikat pintar itu hanya satu, yaitu tahu lebih dahulu", kata Pak Sadiyo, guru fisika saya waktu SMA.

Pak Sadiyo adalah guru paling idealis yang saya kenal. Sikapnya sangat tegas dalam mengambil keputusan. Dan sangat tidak kompromi dengan yang namanya pelanggaran. Orang yang konsisten dalam hal disiplin. Disamping itu ia juga memberikan apresiasi jika siswanya berhasil atau bisa memahami apa yang ia ajarkan.

Tapi seperti biasa, orang yang memiliki idealisme tinggi biasanya akan ditekan oleh orang lain yang merasa "kepentingannya" terganggu. Mungkin itu hal biasa, saya pun mulai memahami hal ini. Adalah hal yang biasa ketika ada orang yang memiliki idealisme tinggi akan tertekan oleh lingkungannya. Tapi Idealisme yang benar akan membuat ia tetap bertahan dengan keyakinannnya. Mungkin itu yang dilakukan oleh guru saya ini.

"Pengen pintar harus banyak tahu",lanjut beliau,"biar banyak tahu harus banyak baca dan mencari tahu lewat apapun yang dihalalkan"

Saya jadi mengerti maksud beliau menambahkan kata "hanya" pada kalimatnya yang pertama bukan untuk meremehkan pintar tapi justru untuk memudahkan kata pintar itu sendiri. Karena untuk menjadi pintar itu mudah, hanya dengan satu hal, yaitu banyak tahu lebih dulu.

Kesertaan Alloh


Hidup itu mudah dan memang mudah. Karena Alloh ada bersama kita. Orang yang hidupnya susah adalah orang tidak menyertakan Alloh dalam hidupnya.

Berpikir dalam Diamnya Bepergian

Bepergian sendirian memang memberikan kesan tersendiri. Akhir-akhir ini saya semakin menikmatinya. Ada suatu sensasi yang berbeda yang membuat saya semakin betah untuk melakukan kegiatan yang satu ini. Bukan tanpa keperluan apa-apa tapi karena suatu hal yang akhirnya membuat kondisi menjadi demikian-pergi sendiri.

Beberapa waktu akhir-akhir ini banyak kondisi yang membuat saya harus berpergian sendirian. Ya, itu dia, salah satunya Skripsi. Kegiatan yang satu ini walaupun dikerjakan secara serentak dengan teman-teman satu angkatan tapi pada akhirnya setiap orang akan disibukan oleh kegiatan perskripsiannya masing-masing. Teman-teman lain yang seharusnya bisa diajak untuk ikut, mereka juga harus mengerjakan agenda skripsinya sendiri. Kondisi seperti ini yang memaksa beberapa hal harus dikerjakan sendiri, terutama ketika sudah berhubungan dengan kata bepergian. Pergi bimbingan tentunya atau mencari hal-hal lain semisal data atau referensi yang harus dikerjakan serba sendiri. Bukan karena tidak mengajak teman yang lain tapi karena mereka juga sedang mengerjakan urusan skripsi mereka.

Kondisi inilah yang membuat saya terbiasa dan semakin menyenangkan aktivitas yang satu ini, bepergian sendirian. Saya merdeka dan saya bebas, itu adalah perasaan yang muncul. Agak aneh memang, mungkin, tapi itu yang saya rasakan. Bepergian sendirian membuat kita bebas melakukan hal-hal yang ingin kita lakukan bahkan diluar agenda utama sekalipun, tanpa harus terikat dengan jadwal dan keinginan teman yang lain.

Disamping itu, bepergian sendirian juga menyediakan waktu yang lebih leluasa untuk bisa "berpikir" atau memikirkan sesuatu. Hal yang hampir tidak bisa atau kurang bisa dilakukan jika bersama-sama dengan orang lain. Sendirian adalah waktu yang bisa digunakan untuk berdialog dengan diri sendiri dan juga waktu yang lebih leluasa untuk introspeksi diri.

Kondisi dalam perjalanan yang memaksa demikian. Perjalanan yang panjang yang menyediakan kondisi yang memaksa kita untuk lebih banyak duduk dan diam. Saya paling tidak bisa melakukan kegiatan yang membutuhkan fokus mata dalam waktu yang lama seperti membaca atau mengotak-atik Hp dalam mobil yang sedang bergerak. Kondisi ini yang memaksa saya untuk hanya melakukan itu-duduk dan diam, tanpa melakukan kegiatan lain, kecuali berpikir.

Namun, kondisi ini memberikan keuntungan tersendiri bagi saya. Duduk dan diam ini lah yang menjadi pemicu otak saya untuk bisa berpikir dan memikirkan sesuatu lebih jernih, berpikir masa depan, merangkai mimpi dari apa yang dilihat. Dan tak jarang juga sendirian dalam perjalanan juga membuat saya lebih leluasa mengingat masa lalu, mengenang, dan bahkan juga mengambil pelajaran dari nya. Sendirian membuat saya bisa mengatur pikiran saya, dengan tanggungjawab tentunya, kemana saja yang saya inginkan. Saya bisa bernostalgia, saya bisa bermimpi, ataupun memikirkan solusi terhadap suatu masalah.

"Hening" karena setiap individu sedang mengurusi kehidupannya masing-masing. Kondisi ini yang menciptakan rasa sepi dalam keramaian. Kondisi yang sangat kondusif untuk berpikir bagi saya. Mungkin saya adalah tipe pemikir yang bisa berpikir banyak ketika dalam keadaan sepi tapi ramai seperti ini.

Selain itu, bepergian sendirian juga membuat saya bisa mengambil pelajaran dari pemandangan-pemandangan yang saya lihat, mengambil ibroh darinya serta memikirkan kebesaran-kebesaran Alloh dibalik itu. Suatu pekerjaan yang sering saya lakukan ketika dalam perjalanan adalah melihat keluar tanpa melewatkan hal-hal yang melintas. Mulai dari pohon, sawah, rumah, gunung, pengamen, jalan itu sendiri, mobil yang lain, hal-hal unik lainnya, atau apapun itu biasanya selalu saya perhatikan. Ini yang membuat saya tidak suka tidur dalam perjalanan karena sangat sayang sekali harus melewatkan banyak hal yang bisa dilihat. Kegiatan-kegiatan seperti ini yang biasa saya lakukan, dan akan lebih bisa dilakukan jika bepergian sendirian.

Hal ini juga yang membuat saya sangat menyukai Travelling. Karena saya bisa melihat hal yang lebih banyak lagi dan tentu dengan pelajaran yang jauh lebih luas juga. Banyak hal yang hanya bisa dilihat jika kita keluar dari tempat yang biasa kita kunjungi, dan itu hanya bisa dilihat jika kita berkunjung kesana. Dunia ini sangat luas, kebesaran Alloh itu ada dimana-mana. Semakin banyak hal yang kita lihat maka akan semakin menguatkan keyakinan bahwa Alloh itu maha pencipta, maha luas, maha segalanya.

Tapi jika belum terbiasa dengan keadaan seperti ini mungkin akan menimbulkan rasa sepi, cemas, ataupun takut diapa-apakan oleh orang lain. Tapi yakin lah tidak ada penolong yang lebih kuat dari pada Alloh, Dia akan selalu ada menyertai kita.
#Selamat menjalani perjalanan sendirian

Alloh yang Memberikan Petunjuk

Ya Alloh, Perlihatkanlah kepada saya, dia dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk mengikutinya, serta perlihatkanlah kepada kami kebatilan sebagai kebatilan dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk menjauhinya.

"Sesungguhnya, kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada siapa yang kamu suka, akan tetapi Alloh memberi petunjuk kepada siapa yang ia kehendaki."(Al-qashash: 56)

Rasulullah bersabda, Bumi ini milik Alloh, yang ia wariskan kepada siapa yang ia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya, kemenangan akhir selalu menjadi milik orang yang bertaqwa.

Adapun mereka yang lalai dan terus dalam kebingungan, yang suka bersantai-santai, yang hatinya buta dan gampang terbujuk oleh rayuan, maka tidak ada tempat bagi mereka di jalan panjang orang-orang yang beriman.

Ya Alloh, janganlah engkau butakan hati hamba-mu yang fakir ini dan tunjukanlah kepada kami petunjuk-mu pada jalan engkau ridhai.

Aku ingin menjadi setinggi pohon kelapa


“Aku ingin menjadi setinggi pohon kelapa”

Itu adalah kalimat yang dulu saya ucapkan ketika ditanya ingin jadi apa kelak jika sudah dewasa. Agak kurang nyambung memang. Sayapun sebenarnya tidak ingat bahwa saya pernah berkata demikian sampai ayah saya mengatakan seperti itu. Entah apa yang ada dipikiran saya waktu itu. Sebuah keinginan yang mustahil untuk diwujudkan. Dan itu jelas berbeda dari anak kecil seumuran, ketika yang yang lain mungkin sudah digiring untuk bercita-cita menjadi dokter, polisi, insinyur, atau pilot. Saya malah menginginkan sesuatu yang mustahil dan bahkan tidak saya tahu.

Satu kesimpulan yang saya buat hari ini, ternyata waktu sekecil itupun bocah kecil itu sudah berani bermimpi membicarakan masa depan. Terlepas apapun konteks yang dibicarakan waktu itu.

Bocah berusia lima tahun itu sudah berani bermimpi akan hidupnya. Meskipun itu adalah mimpi yang dia sendiri tidak tahu apakah bisa mewujudkannya atau tidak.

Itulah dunia, kawan!


Kereta terus berjalan membawa seribu kisah hidup para penumpangnya.Ada yang bahagia, ada yang sedang berduka. Ada yang dadanya dipenuhi kemantapan, ada yang hanya berisi kebimbangan. Kereta terus berjalan tak peduli apa yang sedang terjadi dalam jiwa para penumpangnya. Kereta hanya mengantarkan sampai tujuan, perjalanan selanjutnya para penumpangnyalah yang memutuskan.

Tentang Visi

Prioritas terkait Visi

"Orang yang mudah lelah dan gampang menyerah adalah orang yang tidak punya Visi terhadap apa yang ia kerjakan."

Intelektual: Berpikir

Orang cerdas akan melihat segala sesuatu yang ia terima itu salah,lalu ia BERPIKIR,barulah memutuskan apakah sesuatu itu benar-benar salah atau suatu kebenaran..

Tidak ada satupun yang masuk kedalam pemahamannya melainkan melalui sebuah proses,yaitu BERPIKIR..

Media sebagai penggiring opini masyarakat

Media merupakan corong penyampai informasi utama kepada masyarakat. Dengan kemajuan teknologi media telah menyajikan informasi dengan cepat dan mudah diakses kapan dan dimana saja. Kemajuan teknologi di bidang informasi ini juga telah menyediakan berbagai fasilitas untuk mendapatkan informasi secara cepat, mulai dari media cetak hingga media elektronik, dari komputer hingga handphone dengan bermacam bentuk modifikasi. Semua bentuk media ini memberikan kemudahan yang luar biasa terhadap komunikasi informasi bahkan dalam hitungan menit hingga detik kita sudah bisa mendapatkan informasi yang kita inginkan.

Dari berbagai bentuk media, media elektronik saat ini sedang mencapai puncak kejayaannya. Televisi dan internet menduduki peringkat puncak sebagai penyampai informasi utama kepada masyarakat. Teknologi telah merubah segalanya menjadi serba cepat dan mudah. Dalam hitungan detik kita bisa mengetahui peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain. Tidak perlu lagi waktu yang lama untuk bisa mendapatkan berita. Teknologi elektronik telah berkembang sedemikian rupa sehingga daerah terpencil sekalipun minimal akan mendapatkan informasi dari televisi.

Saat ini, televisi menjadi satu-satunya pintu masuk informasi yang paling intens ke semua daerah terutama ke daerah-daerah terpencil. Kita tahu bahwa daerah terpencil sudah barang tentu juga memiliki pendidikan yang rendah. Hal ini membuat mereka menerima mentah-mentah apa yang disampaikan oleh televisi. Tidak hanya itu anak-anak dan orang yang berpendidikan rendah juga menjadi korban informasi yang disampaikan oleh televisi. Bisa dikatakan media elektronik terutama televisi telah memegang kendali informasi yang sampai kepada masyarakat. Apa yang disampaikan di televisi terhadap suatu isu akan menjadi cara pandang mereka terhadap isu tersebut.

Bisa kita ambil contoh berita tentang skandal kasus Ariel, Luna Maya, dan Cut Tari. Bahkan anak SD pun tahu tentang kasus ini. Hal ini terjadi karena televisi begitu sering menguak berita ini bahkan hampir tiap jam di hampir semua stasiun televisi. Bisa disimpulkan masyarakat tahu karena ada televisi. Ironisnya informasi ini juga diketahui oleh orang-orang yang tidak perlu tahu informasi ini terutama anak-anak. Mereka hanya menjadi korban terhadap keserakahan media yang ingin mengejar rating.

Kasus Ariel hanya menjadi salah satu contoh penggiringan isu kepada masyarakat. Masih banyak contoh lain bagaimana media telah merubah paradigma masyarakat terhadap suatu isu. Mulai dari isu yang baik hingga ke yang paling buruk. Sayangnya media ini tampaknya lebih suka memberitakan hal-hal yang berbau negatif. Mungkin ini sesuai dengan prinsip jurnalistik yang berbunyi, Bad news is a good news. Ironis memang, sebagai corong “pendidik” masyarakat, dengan kewenangannya media justru mendidik masyarakat menuju hal-hal yang negatif.

Media berhasil membentuk paradigma masyarakat terhadap seseorang, suatu bangsa, dan juga suatu Negara. Masyarakat akan mendefinisikan Negara kita ini sesuai dengan apa yang mereka lihat ditelevisi. Jika yang diberitakan hal-hal baik maka masyarakat akan mengartikan Indonesia menjadi sesuatu yang baik dan begitu juga sebaliknya. Terlalu berat memang, tetapi begitu lah kenyataan yang terjadi di lapangan. Bisa kita ambil contoh besar, di zaman Soeharto masyrakat menilai bahwa pemerintahan itu baik karena pemberitaan tentang hal-hal yang buruk itu diredam. Padahal kita tahu bahwa pemerintahan Soeharto tidaklah seperti yang kita lihat, banyak kekurangan-kekurangan yang justru menggerogoti masyarakat. Coba bandingkan dengan sekarang, paradigma masyrakat terhadap pemerintah begitu buruk. Itu terjadi karena pemerintah tidak lagi bisa membatasi pemberitaan di media atas nama demokrasi. Media bebas membeberkan apa saja “seenak hati” mereka. Padahal kalau dilihat pemerintahan sekarang tidaklah seburuk zaman Soeharto bahkan bisa dikatakan lebih baik.

Sebaik apapun seseorang atau suatu rezim jika yang diberitakan ditelevisi hanya sisi buruknya maka masyarakat akan menilai seperti itu, berlaku juga sebaliknya. Coba anda bayangkan ketika yang diberitakan di televisi hanya berita tentang kemiskinan, kelaparan, kemacetan, kesemrawutan jakarta, keburukan pemerintah, berita kriminal, maka masyrakat akan memberikan penilaian seperti itulah Indonesia. Padahal kita tahu bahwa yang diberitakan itu hanya sekian persen berita dari sekian banyak yang baik lainnya. Tapi ketika kebaikannya tidak diangkat orang hanya akan memiliki paradigma buruk. Contoh berita anjloknya prestasi Indonesia dibeberapa bidang seperti sepak bola atau bulu tangkis diangkat sedemikan rupa sedangkan berita prestasi anak muda kita seperti misalnya juara olimpiade sains internasional jarang sekali diangkat menjadi berita yang hangat. Akhirnya masyarakat memiliki paradigma bahwa Indonesia buruk dan itu sungguh tidak memotivasi. Alih-alih meningkatkan prestasi yang terbentuk di masyarakat justru pesimisme. Mungkin anda sering mendengar ungkapan seperti ini, “ah Indonesia” , “begitulah Indonesia” , dan ungkapan lainnya. Dan itu diucapkan oleh orang Indonesia sendiri. Ironis bukan? Siapa yang menjadikannya seperti ini, menurut saya media memiliki tanggungjawab besar atas semua ini.

Tidak hanya itu, media bahkan mampu menggeser nilai yang ada didalam masyarakat. Media bisa merubah secara perlahan tapi pasti penilaian masyarakat terhadap sesuatu. Contoh, wanita yang cantik itu harus berkulit putih bersih, berambut hitam panjang, berbadan langsing dan tinggi, itu menurut iklan alat-alat kosmetik dan kecantikan. Dan masih banyak contoh lainnya.

Perlu kita pahami juga bahwa segala sesuatu tidak hanya terdiri dari keburukan atau hanya kebaikan. Segala sesuatu akan terdiri dari dua hal tersebut. Kembali lagi kepada bagaimana kita mengartikannya dan menggunakannya untuk apa. Jika digunakan untuk kebaikan maka akan menghasilkan sesuatu yang baik. Bahkan ketika digunakan untuk kebaikan pun masih ada yang menangkapnya buruk, apalagi kalau sudah digunakan untuk keburukan. Media sebagai pendidik masyarakat harus menjalankan perannya sebagai pendidik dalam arti yang sebenarnya. Harus ada perbaikan signifikan terhadap media di Indonesia terutama infotainment sebagai acara televisi yang memberitakan figur-figur yang menjadi panutan masyarakat. Kalau tidak ada perubahan dan terus-terusan seperti ini akan jadi apa Negara kita ini dan apa kata dunia?

Jika seseorang menguasai media maka dia telah menguasai dunia, sebuah ungkapan.

Macet, salah nya siapa?

Macet telah menjadi masalah besar bagi kota-kota besar. Hampir semua kota-kota yang tumbuh akan merasakan masalah ini,kecuali jika perkembangannya sudah diantisipasi sejak awal mula kota itu mulai tumbuh. Jakarta adalah salah satu kota itu. Kota yang merupakan potret Indonesia ini sekarang diprediksi akan lumpuh total beberapa tahun mendatang jika tidak ada tindakan penanggulangan signifikan untuk mengatasinya.

Sebenarnya ini bukannya hanya masalah Jakarta sebagai ibukota Negara kita, tapi kota-kota besar lain di Negara lain juga pernah atau sedang mengalami masalah yang sama. Bedanya mungkin mereka lebih cepat bertindak dengan solusi yang tepat guna sedangkan pemerintah kita mungkin baru menyadarinya. Ketika Negara lain sudah terbebas dari masalah ini pemerintah kita masih kewalahan untuk menghadapinya. Disini muncul pertanyaan apakah solusi dari pemerintah kita yang kurang tepat atau masyarakat kita yang tidak mau kompromi. Saya pribadi mencoba untuk melihat masalah ini dari kedua sisi. Menurut saya kedua komponen ini terlibat banyak sebagai penyebab dari masalah ini. Dan saya lebih menitik beratkan penyebab masalah ini ada di masyarakat. Disini kita bukan mencari kambing hitam terhadap masalah yang sudah muncul ini melainkan sebagai generasi muda mencoba untuk mencari solusi bersama.

Di satu sisi kita memang akan melihat masalah ini ada pada pemerintah. Tapi, apa salah mereka jika semua fasilitas sudah disediakan. Setiap tahun ada proyek pelebaran jalan, pembuatan jalan baru, dan sekarang sudah ada busway. Tapi nyatanya setiap tahun jalan raya justru semakin macet. Apakah jalan yang dibuat kurang lebar atau armada busway kurang banyak atau mungkin masyrakat kita yang hatinya terlalu sempit. Semua masalah yang terjadi seolah salahnya pemerintah tapi pernahkah kita introspeksi diri. Ketika jalan diperlebar bukannya makin lancar ternyata justru semakin macet karena jumlah kendaraan pribadi bertambah drastis. Ketika busway diadakan dan jalan khusus dibuatkan tetapi malah digunakan untuk kendaraan pribadi. Ketika rambu lalu lintas dibuat hanya untuk dilanggar dan patuh hanya jika ada polisi. Masihkah pemerintah yang salah?

Sungguh miris rasanya melihat statistik jumlah kendaraan yang ada di Jakarta. Jumlah kendaraan pribadi(mobil dan motor) mencapai 95% dari total kendaraan yang ada di ibukota Negara kita ini,sisanya baru kendaraan umum. Dan jumlah penumpang yang diangkut oleh oleh kendaraan pribadi hanya 40% saja, sisanya sekitar 60% penumpang diangkut oleh hanya 5% kendaraan umum. Kondisi yang sungguh berbanding terbalik. Jumlah kendraan pribadi begitu banyak tapi orang yang diangkut begitu sedikit. Artinya badan kendaraan pribadi ini hanya membuat penuh jalanan. Sangat miris lagi ketika mendengar berita yang mengatakan bahwa panjang jalan yang ada di Jakarta lebih pendek dibandingkan panjang semua mobil yang ada di kota ini. Tetapi yang disoroti pemerintah yang masih kurang menambah panjang jalan. Kenapa perntanyaan tidak dibalik, mengapa masyarakat selalu menambah mobil sedang ada fasilitas umum yang bisa digunakan.

Saya kaget ketika ada teman yang baru balik dari jepang. Dia bercerita bahwa dia dari suatu tempat ke tempat lain harus jalan kaki dalam jarak yang cukup jauh, tidak ada angkot apalagi becak atau ojek. Semua orang membudayakan jalan kaki menuju tempat pemberhentian kendaraan umum walaupun itu cukup jauh. Bandingkan dengan di mayarakat kita yang menjadikan tempat halte busway yang jauh(padahal tidak terlalu jauh) sebagai alasan untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi. Kalaupun tidak menggunakan kendaraan pribadi masyarakat akan mengunakan motor atau angkot yang membuat penuh jalan. Sudahlah jumlahnya sangat banyak dijalanan juga ugal-ugalan seenak hati. Lampu merah diserobot, rambu lalu lintas diabaikan, yang ada hanya bagaimana caranya agar mereka bisa cepat sampai tujuan tanpa memperhatikan orang lain.

Saya menyoroti masalah ini ada pada ekonomi, ekonomi yang rendah dan ekonomi yang naik daun. Ekonomi yang rendah membuat masyrakat menjadikan jalanan sebagai mata pencarian,baik sebagai supir angkot dan tukang ojek dalam jumlah yang sangat banyak. Ekonomi yang naik daun membuat masyarakat berlomba-lomba untuk memperlihatkan diri bahwa diri mereka mampu membeli mobil. Tidak ada yang salah memiliki mobil, yang salah adalah ketika disatu rumah punya tiga sampai empat mobil, satu anak satu mobil. Kendaraan umum seperti tabu bagi mereka. Kondisi seperti inilah yang menjadikan jalan raya menjadi penuh melimpah hingga suatu saat diprediksi jalan raya di kota-kota besar Indonesia akan lumpuh total.

Masalah ini tidak akan selesai dengan penambahan ruas atau lebar jalan selama masyarakatnya masih suka menambah kendaraan pribadi, selama pemerintah tidak menyediakan fasilitas kendaraan umum yang memadai, selama pola pikir masyarakat masih tidak mau rendah hati untuk menggunakan fasilitas umum, dan selama lapangan pekerjaan masih sedikit. Mari bersama mencari solusi.

Menjadi Diri Sendiri dengan Merdeka

Melihat orang lain sama halnya dengan melihat gunung dari kejauhan. Dari jauh terlihat indah dan mulus tapi dari dekat sebenarnya tak beraturan dan disitu juga ada jurang. Oleh karena itu jadilah dirimu sendiri dengan merdeka.

Tidak untuk Dirimu Sendiri

Indahnya masa menjadi mahasiswa ketika uang belum dharapkan untuk setiap kerja yang dilakukan. Bekerja dan mengabdikan diri tanpa beban berarti ketika tanggungan belum ada. Keadaan masih sangat nyaman untuk menjunjung tinggi idealisme. Lalu masihkah para intelektual ini akan tetap memikirkan nasib masyarakat ketika sudah memasuki masyarakat nyata? Tantangan begitu besar dan masyarakat memiliki tuntutan dan hak terhadap produk universitas ini. Hak agar para intelektual ini tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri.

Perspektif Sukses

Setiap orang memiliki perspektif masing-masing terhadap arti kesuksesan. Mulai dari mepunyai banyak uang, rumah yang besar, pekerjaan yang baik, pangkat atau jabatan yang tinggi, gelar yang panjang, dihormati oleh orang lain, memiliki istri yang cantik, atau anak yang banyak dan shaleh. Jika semuanya diurai mungkin akan butuh berlembar-lembar kertas untuk menjelaskannya. Semua berbeda walaupun ada beberapa kesamaan. Hampir semuanya adalah berupa kebahagiaan dunia, wajar saja dan bukan suatu kesalahan juga, mungkin sebatas itulah indera dapat merasa dan membuat bayangan akan masa depan.

Jauh dari itu sukses sebenarnya adalah ketika jiwa mendapat kemerdekaan, merdeka dalam arti yang sebenarnya. Ketika jiwa tidak lagi terbelenggu oleh hasrat dunia walaupun ia bisa ataupun sudah memilikinya.

Begitu banyak sukses sepeti dijelaskan diatas terbukti belum tentu membuat orang mencapai kemerdekaan dalam hidupnya. Orang bisa saja memiliki anak yang banyak tapi tidak pernah hidup tenang karena perilaku anaknya yang jauh dari shaleh,sebaliknya malah selalu membuat ulah yang membuat pusing kepala. Harta banyak tapi hidup tidak tenang karena selalu memikirkan keselamatan harta yang dimilikinya. Jabatan tinggi tapi tidak merasakan kebebasan selalu dihantui tuntutan dari banyak orang lain. Atau keluarga yang tak kunjung berada dalam kedamaian. Semuanya itu terbukti bukanlah segalanya dalam hidup ini.

Selayang kita bisa melihat sebuah keluarga yang sederhana, segalanya serba sederhana, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki, keluarga yang damai, anak yang shaleh, walaupun harus makan seadanya, kemana-mana masih naik motor butut, dan rumah yang jauh dari mewah.

Pada hakikatnya dunia hanya akan menjadi kesenangan dan kebahagiaan semu. Bagi orang-orang yang benar-benar memahami ini saat itulah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, merdeka dalam arti yang sebenarnya. Sekalipun ia punya harta yang banyak ataupun hidup sederhana, tak punya gelar apapun atau gelar yang jauh lebih panjang dari nama aslinya. Semua itu mereka anggap hanya hiasan dunia tapi tak akan berarti apa-apa untuk hidupnya di akhirat kelak. Kalau ada ia bisa memanfaatkannya untuk menjadi fasilitas dalam mencapai akhiratnya, kalaupun tidak juga tidak masalah. Apapun yang ia punya akan dimaksimalkan untuk menebar manfaat bagi orang lain.

Bukan dilihat sebesar atau sebanyak apa yang ada dalam diri, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan untuk orang lain. Itulah orang yang paling sukses dalam perspektif saya.

Hanya Sesederhana Itu


Kereta terus berjalan membawa seribu kisah hidup para penumpangnya. Ada yang bahagia, ada yang sedang berduka. Ada yang dadanya dipenuhi kemantapan, ada yang hanya berisi kebimbangan. Kereta terus berjalan tak peduli apa yang sedang terjadi dalam jiwa para penumpangnya. Kereta hanya mengantarkan sampai tujuan, perjalanan selanjutnya para penumpangnyalah yang memutuskan.

Pilihlah yang Nafsu Berat Untuk Melakukannya

"Apabila engkau dihadapkan dalam dua hal, maka pilihlah olehmu yg terasa berat oleh nafsu untuk mengerjakannya, karena disitulah kebenaran"

Quote ini saya dapatkan dari status FB salah seorang teman. Sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Makna yang merasuk kedalam relung hati terutama bagi orang yang pernah mengalaminya. Saya yakin semua orang pernah dihadapkan pada pilihan seperti itu dan tidak sedikit yang akhirnya memilih mengikuti nafsu.

Shalat tepat waktu itu lebih berat dari pada shalat yang mengulur waktu
Shalat di mesjid itu lebih berat dari shalat di rumah
Ikut mentoring itu lebih berat dari pada nonton bola apalagi piala dunia
Ikut rapat itu lebih berat ketimbang main atau jalan-jalan sama teman-teman
Belajar itu lebih berat dari pada tidur-tiduran atau malas-malasan nonton TV
Tilawah itu juga lebih berat dari pada baca koran atau Facebook-an
Membantu orang lain itu lebih berat dari pada membiarkan begitu saja
Bermalas-malasan itu lebih enak dan nyaman
dst dst
Itu kata nafsu. Mereka merasa berat untuk melakukannya. Lalu apakah itu baik? Bisa dilihat sendiri apakah shalat sendiri di rumah itu lebih baik dari shalat berjamaah di mesjid(bagi laki-laki)?

Pada prinsipnya kita akan sering terjebak dengan kesenangan semu yang menurut kita itu nyaman. Terjebak dalam satu kata, Malas. Padahal belum tentu itu baik atau malah sudah jelas itu lebih buruk tapi tetap saja masih dilakukan.

Kesimpulannya, pilihlah yang nafsu merasa berat untuk melakukannya. Selamat mencoba!!

Tanpa Makna

Manusia adalah apa yang ia pikirkan, apa yang ia tahu, apa yang bisa dirasa, apa yang pernah ia lihat, dan segala apa yang pernah dan mampu ia terima dengan indra.
Hanya sebatas itu. Lalu diberi akal dan nafsu. Nafsu membawa manusia hanya bertahan dengan indra yang ia punya sedang akal menambah sedikit lebih luas. Akal bisa membuat nya bisa berpikir.
Nafsu menjadikan manusia merasa besar sedang akal menjadikannya kecil. Akal tahu manusia tak ada apa-apanya, mereka hanya bisa bermimpi. Nafsu yang membuatnya seperti itu. Lalu akal memberi tahu bahwa manusia tak cukup hanya dengan itu.

Belajar dari hikmah yang terserak: # 3 idiots

Berbicara soal hikmah kita bisa mendapatkan dari mana saja. Tanpa memandang orangnya kita tetap bisa mengambil pelajaran dari apa yang disampaikannya. Tanpa melihat apapun dari orangnya kita bisa mengambil pelajaran jika apa yang disampaikannya adalah sesuatu yang baik. Sekalipun dari mereka yang lebih muda umurnya, orang miskin, pejabat rendahan, gelandangan sekalipun kita tetap bisa belajar dari mereka.Jika mereka menyampaikan sesuatu atau bahkan tanpa berkata-kata pun kita bisa mengambil pelajaran dari mereka.
Kenapa saya buka dengan paragraf diatas semoga terjawab dengan lanjutan dari artikel ini. Kali ini saya ingin mengulas tentang pelajaran yang bisa diambil dari film 3 Idiots. Notabene film ini adalah film india,bukan film buatan orang muslim,tapi nyatanya kita juga bisa mengambil pelajaran dari film ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada di film ini kita tetap masih bisa mengambil yang baiknya karena disitulah prinsip mengambil hikmah atau pelajaran dari sesuatu. Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya,kalau bisa malah kita yang ikut memperbaiki buruknya. Sekarang kita lihat hal-hal yang baik dari film ini.

1. Jati diri bangsa
Jati diri ini adalah hal pertama yang saya luar biasa jika saya menonton film india. Mereka tetap menampakan jatidirinya sebagai orang india dan dengan budaya india tanpa latah dengan mengekor ke budaya lain terutama barat. Sekalipun itu hanya menyanyi dengan menari dengan gaya khas mereka tapi mereka bangga dengan itu dan menampakannya ke dunia internasional.Itu adalah budaya mereka. Tanpa takut berpikir dunia tak menerima buktinya film mereka bahkan mengalahkan film-film Hollywood di jajaran film teratas terfavorit dimata pasar dunia.
Me-latah ke budaya internasional dan lupa jati diri, saya pikir itulah yang terjadi disebagian besar generasi bangsa kita. Orang-orang bangga dengan peninggalan sejarah mereka bangsa kita malah mengabaikannya, orang-orang melestarikan budayanya sebagian besar generasi muda kita malah melupakannya. Tak terlebih kita mungkin berada didalamnya.

2. Mengahapal itu baik?
Salah satu kekocakan dari film ini adalah ketika rancho menjahili salah seorang temannya. Salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi karena kekuatannya dalam "menghapal". Dia terpilih menjadi perwakilan mahasiswa untuk berpidato menyambut kedatang pak menteri. Dia mengahapalkan sebuah pidato dalam bahasa india yang tidak dia pahami. Disini rancho dan Raju menjahili dengan merubah beberapa kata sehingga maknanya berubah dari keajaiban menjadi kecabulan. Coba anda bayangkan ada orang berpidato dengan percaya diri tinggi tapi dia tidak paham apa yang disampaikanya.
Pada adegan lainnya,“Jika kita hanya meniru buku apa gunanya?” kata Rancho pada dosennya. Teori yang ada dalam buku memang menjadi acuan pembelajaran tapi apa artinya teori itu jika hanya dibaca dan dihapalkan. Jika pelajaran yang dibaca hanya untuk mendapatkan nilai beginilah jadinya. Selepas ujian bahannya sudah lupa lagi. Itu terjadi karena buku dihapalkan bukan dipahami.Teori dikuasai tapi bagaimana dengan aplikasinya? Mempelajari teori tanpa berpikir kenapa teori itu ada. Saya pikir inilah sebabnya kenapa orang Indonesia sudah puluhan tahun belajar dari buku teks internasional generasi terbarunya masih saja belajar dari buku terbitan luar. Mana buku dari Indonesia? Entahlah. Belajar untuk menerima dan hanya menerima tanpa terpikir suatu saat kitalah yang harusnya membuat dan memberikan sesutau.
Kita tidak menyalahkan orang perorang tapi sistem yang menjadikannya seperti ini. Siapa yang membuat sistem? Entahlah.
Dalam pikiran positif saya mungkin orang-orang masih berpikir bagaimana memperbaiki masyarakat yang masih miskin,memberantas buta huruf,atau mengurangi gizi buruk sampai lupa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Akibatnya generasi kita terpaksa masih harus belajar terus dari ilmu orang luar negeri.

3. Sekolah untuk kerja dan dapat uang
Setali tiga uang dengan penjelasan diatas. Masyarakat kita masih miskin,boro-boro memikirkan bagaimana membuat teknologi yang baru,atau penelitian terobosan baru,sedang perut kosong masih perlu diisi. Ini tergambar dalam cerita kehidupan tokoh Farhan dan Raju dalam film ini. Mereka berasal dari keluarga miskin, uang adalah solusi untuk kehidupan mereka. Dengan sekolah mereka bisa mendapatkan uang, mereka sekolah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga nanti bisa menghasilkan uang. Untuk mendapatkan pekerjaan butuh nilai yang bagus,makanya mereka belajar untuk mendapatkan nilai.
Inilah yang menjadi mindset sebagian besar generasi muda Indonesia. Bagaimana dengan sekolah mereka bisa kerja,bisa mendapatkan uang,sehingga hidup tenang, tanpa berpikir bagaimana nasib ilmu pengetahuan itu sendiri. Terus begitu dan tetap seperti itu buktinya sebagian besar generasi kita masih hampir sama tidak jauh berbeda, mana terobosan baru ilmu pengetahuan negeri ini? Saya mahasiswa kedokteran, 99% buka teksbook yang saya pakai adalah terbitan luar negeri. Lalu apakah generasi belasan tahun setelah kita akan tetap seperti ini? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dan kita juga yang akan memberikan jawaban untuk itu.

Pesan film ini tentang masalah ini, “kita memang harus belajar dengan sangat serius, tapi bukan Cuma untuk lulus belaka, seorang guru pernah berkata,’jangan belajar untuk sukses,tapi untuk membesarkan jiwa’, jangan mengejar kesuksesan,tapi kejarlah kesempurnaan,maka kesuksesan akan mendatangimu”

4. Mendidik bukan melatih
Sebuah kritikan pedas untuk para guru dan mindset belajar mahasiswa juga muncul dari film ini. Salah satunya adalah ketika Rancho mengkritik cara pembelajaran rektornya. Lalu sang rektor marah dan menghukum Rancho,dia disuruh menjadi dosen didepan teman-teman dengan harapan dia tidak mengerti apa-apa. Lalu apa yang terjadi? Rancho mengerjai teman-temannya dan sang rektor yang juga menjadi “murid” Rancho. Dia pura-pura membuka sebuah buku lalu menuliskan dua kata dan dia menanyakan arti dari dua kata itu dan menunggu jawaban selama 30 setik. Semua mahasiswa dan juga sang rektor berlomba mencari arti kata tersebut, siapa yang tercepat mendapatkan kata itu dalam buku. Jelas tidak akan ada yang mendapatkan maknanya karena kata yang ditulis adalah modifikasi dari nama teman-temannya,prerajuisation dari nama Raju dan farhanitrate dari nama Farhan. Apa artinya?
Lalu Rancho memberikan penjelasan yang membuat merah telinga sang rektor,”adakah yang berpikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru?” jawabanya tentu tidak. Semua orang terkungkung bahwa semua pelajaran berasal dari buku. “apakah ilmu pengetahuan kalian akan meningkat?” tambahnya.
Ini menjelaskan bahwa mindset sebagian besar orang terlalu bergantung pada teori, tanpa berpikir kedepan. Teori hanyalah sejarah yang dibaca untuk menjadi acuan, sedangkan pelajaran yang sebenarnya adalah bagaimana berpikir terbuka dengan menjadikan teori sebagai acuan untuk membuat sesuatu yang baru dimasa kini dan masa depan. Terkungkung pada teori hanya akan membuat kita terjebak dengan masa lalu. Teori yang ada sekarang adalah masa lalu orang yang menemukannya. Sedangkan masa sekarang dan masa depan adalah modifikasi dari teori yang ada.

5. Persahabatan=persaudaraan
Salah satu hal yang paling kental dalam film ini adalah betapa kuat persahabatan ketiga tokoh pemerannya. Seolah menerapkan hadits Rasulullah, “Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan lebih detail silahkan tonton sendiri filmnya.

6. Cinta
Seperti film india kebanyakan film ini juga tidak kalah dalam hal bumbu yang satu ini. Sepertinya bukan film india kalau tidak ada cerita cinta. Ini juga terkait dengan penjelasan nomor satu, masalah jatidiri, sekalipun itu mungkin menjadi hal yang terkadang membosankan,tapi jika dilihat soal jatidiri ini adalah bentuk konsintensi. Mereka selalu mengangkat tema cinta-cintaan atau menyelipkannya apapun tema utamanya. Kalau melihat konsistensi jangan sampai anda menyimpulkan bahwa jatidiri film Indonesia adalah “horor panas” ,saya pikir justru itu sebaliknya. Itu adalah kehilangan jatidiri karena budaya asli kita tidak hanya itu.
Baik kembali ke masalah cinta,pelajarannya cuma satu,kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita dipertemukan dengan orang yang akan menjadi pasangan hidup kita, jadi sabarlah menunggu,tidak usah buru-buru apalagi pacaran,karena tuhan sudah mengaturnya sedemikian hingga.

7. Dan lain-lain
Sebenarnya masih banyak lainnya yang bisa diambil pelajaran, Mau? Beli dan tonton sendiri

Ujungnya tetap kembali ke prinsip ambil baiknya buang buruknya, terutama menyanyi dengan tarian khas bollywoodnya,hehe.

SOOCA dan Segala Hal Dibaliknya

Alhamdulillah SOOCA sudah selesai, mendapatkan dosen penguji yang baik, case yang saya kuasai, dan keluar ruangan dengan nilai yang bagus. Semoga Alloh meridhai setiap langkah saya.

Jika dilihat kebelakang ujian SOOCA kali ini adalah ujian yang paling membuat saya ragu untuk bisa melewatinya dengan baik. Itu karena persiapan yang kurang matang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Setiap tahun ujian yang satu ini tidak pernah kehilangan pamor untuk menjadi bahan pembicaraan. setiap tahunnya selalu ada hal-hal unik terjadi, mulai dari proses persiapannya, di hari H, hingaa pasca ujian itu sendiri.

Persiapan yang membuat mata hanya tertuju padanya. Begadang,minum berbagai suplemen anti-ngantuk, dan berbagai bentuk stress muncul ketika mempersiapkan ujian yang satu ini. Aktivis akan jadi pasif, "Pasivis" akan menjadi semakin pasif, sengaja meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar. Egoisme pribadi mulai muncul, dan yang memikirkan teman-teman yang lain juga akan semakin terlihat. Yang cengeng akan semakin melankolis, yang gampang stress semakin panik, yang suka nangis menangis dengan sejadi-jadinya ketika melihat persiapan belum juga matang padahal hari H semakin dekat. Saya masih ingat kejadian tahun lalu dimana soarang teman curhat dirinya sampai muntah-muntah gara menghapal 30 case. Ya benar, 30-32 adalah angka jumlah case yang harus dipersiapkan dengan matang, mulai dari basic science sampai ke ilmu klinik, mulai dari definisi, faktor resiko, etiologi, patogenesis, patosisiologi, diaognosis, manajemen dan properti-properti penyakit lainnya. Semua ini harus dikuasai dengan sempurna karena kita tidak akan pernah tahu case yang mana yang akan diujikan dan case yang mana yang harus kita presentasikan didepan penguji. Disisi lain saya bangga melihat orang-orang dikampus saya seperti ini. Ini memperlihat betapa orang-orang disini begitu menghargai ilmu pengetahuan dan ingin menguasainya dengan baik.

Hari H adalah hari eksekusi. Ruangan isolasi terlihat begitu horor ketika semua orang memegang kertas sambil komat-kamit. Itu bukan sedang membaca mantra melainkan masih menghapal puluhan case yang akan diujikan. Ruangan ini memang sengaja di desain tertutup untuk dunia luar layaknya ruangan isolasi. HP tidak boleh diaktifkan,keluar masuk ruangan akan selalu dipantau oleh petugas yang menjaga pintu ruangan. Detak jantung lebih kencang, keringat dingin, pucat, dan berbagai hal aneh lainnya tampak sudah biasa terjadi jika sudah diruangan isolasi ini. Tetap belajar,tetap optimis sambil menunggu giliran untuk dieksekusi. Setegar-tegarnya orang saya pikir akan tetap deg-degan diruangan ini. Sampai saatnya 13-15 orang akan dipanggil setiap sesinya untuk masuk ke ruangan persiapan. Waktu diruangan persiapan adalah 30 menit. Sebelum masuk ke ruangan ini dilakukan prosesi pengundian, prosesi penentuan nasib, saat tuhan menurunkan takdirnya. Saat inilah satu case yang harus kita presentasikan akan di tentukan, 13 case masing2 satu untuk tiap orang. 30 menit adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan, mengingat apa yang telah dipelajari, dan menuliskannya dalam bentuk form presentasi. Setelah itu, apa yang diingat ruangan ini dan telah ditulisakn, itulah yang dibawa ke ruangan ujian yang sebenarnya. Ruangan dimana dua orang yang dipilih oleh tuhan untuk menyampaikan takdir yang telah dituliskan-Nya. Mereka adalah dosen penguji. 20 menit untuk mengoceh tanpa henti mempresentasikan penyakit bapak A atau ibu B mulai dari A sampai Z segala hal yang butuh diketahui untuk menangani penyakit itu.

Setelah itu sang dosen akan mengeluarkan nilai dengan "objektif versi mereka". Beruntunglah orang yang ditakdirkan mendapatkan dosen penguji yang baik dan sebaliknya jika mendapatkan dosen yang kritis dan menuntut lebih banyak.
Berbagai ekpresi wajah akan muncul begitu keluar dari ruangan. Ada yang bahagia, senang, histeris, ada yang kalem, sedih, ada juga yang mengungkapkan kekecewaannya dengan bergumam. Tapi disisi lain ada yang tetap tenang seperti sudah paham buruk atau bagus, itu adalah rencana Alloh yang terbaik untuk dirinya. Hanya syukur yang terucap dari mulut mereka melihat apapun hasil yang keluar.

Sampai seminggu setelah itu hasil SOOCA akan tetap menjadi topik teratas untuk dibicarakan. Tentang dosen yang kritis, dosen yang baik, ataupun hasil yang belum sesuai keinginan. Keinginan memang mengalahkan kebutuhan sampai sebagian terlihat lupa bersyukur. Semoga dugaan saya salah. Tingkat persaingan itu secara nyata memang masih terlihat, mungkin karena masih terbiasa dengan suasana SMA hingga ke SPMB yang sangat kental dengan kata yang satu itu.

Semoga mindset itu akan perlahan memudar karena pada akhirnya ketika menjadi dokter, pasien tidak akan pernah menanyakan IPK ataupun itu yang sejenisnya. Kita lah yang bisa menilai diri kita sendiri, apakan kita bisa memahami pelajaran dengan baik atau tidak. Dan tingkat pemahaman itu tidak semuanya tergambar dalam nilai atau IPK karena banyak faktor yang berpengaruh didalamnya. Buat apa nilai tinggi kalau toh kita ternyata kita mendapatkan keberuntungan mendapatkan case yang memang kita kuasai, padahal belum tentu jika mendapatkan case yang lain. Sebaliknya belum tentu nilai rendah itu karena kita benar-benar tidak paham sama sekali. Disini kedewasaan akan terlihat. Sesungguhnya nilai kurang bagus adalah ujian kesabaran dan nilai bagus adalah ujian dari kesombongan.

Sekarang dua ujian telah selesai(OSCE dan SOOCA), tinggal MDE seminggu kedepan sebelum KKN bulan juli nanti. Ujian memang tidak akan berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ketika sesuatu hal selesai, itu bukanlah akhir melainkan sebuah awal untuk sesuatu yang berlanjut setelahnya. Tidak ada kata akhir bagi seorang muslim sampai ia menginjakan kakinya di syurga. Itu pun bukan akhir sebenarnya karena itu adalah awal untuk "kehidupan yang sebenarnya", kehidupan yang abadi.

Catatan terkait:
Ketika kau butuh tuhanmu
Saya ingin pulang liburan kali ini
kenapa mereka bisa
Ujian dan kampung halaman

.

Saya Ingin Pulang Liburan Kali Ini

Setahun sudah(hampir) berlalu dengan begitu banyak pembelajaran. Tahun ketiga di FK UNPAD menjadi tahun yang luar biasa. Begitu banyak pencapaian terjadi ditahun ini,mulai dari berakhirnya amanah menjadi ketua DKM Asy-Syifaa' terus muncul lagi tanggungjawab yang baru di tempat yang sama, berkembang bersama FULDFK, dan bekerjasama dengan orang-orang hebat dalam berbagai bidang. Sungguh banyak hal yang bisa disyukuri dan tak patut sama sekali bagi saya untuk mengingkarinya.

Awal tahun ajaran langsung disambut dengan menjadi Fasil Ospek,mengikuti acara bersama Transformer,hingga mencapai klimaks di ZafranSaphire, walaupun setelah itu masih ada Trabecula yang berhasil mencetak kader-kader Asy-Syifaa' baru angkatan 2009. Tak cukup sampai disitu,selang beberapa minggu kemudian diisi dengan Antibiotik#5 di Unisba,ini adalah acara Antibiotik kedua yang saya ikuti berturut-turut dua tahun terakhir.

Setelah itu bulan Januari akhirnya datang dengan membawa pencerahan. Januari menandakan akhir periode kemahasiswaan di kampus dan itu artinya amanah di DKM Asy-Syifaa' sudah saatnya beralih tangan. Alhamdulillah, dengan segala yang tercapai selama satu tahun kepengurusan terlepas dari segala kekurangan, saya puas. Setidaknya kami bersama teman-teman satu tim inti kepengurusan berhasil menjalankan roda kepengurusan melewati lika-liku periode 2009, bukan karena sekedar menyelesaikan tapi karena mencapai sesuatu. Sepuluh jempol untuk Kadept,Pengurus, dan panitia-panitia yang luar biasa.

Seiring berjalannya waktu tanggungjawab untuk menyukseskan Muslim Managerial and Leadership Camp(MMLC) akhirnya tercapai di awal bulan Februari di Unjani, setelah empat bulan lebih memimpin tim SC yang diisi oleh orang-orang hebat dari berbagai Universitas. Tim yang sengaja dibentuk ketika pertemuan pengurus DEW 3 di UI empat bulan sebelumnya. Selang hanya seminggu kemudian perjalanan menuju FULDFK baru dimulai. Saya bersama empat orang teman lainnya menjadi delegasi ke Munas VI FULDFK di Samarinda. Pertama ini adalah pengalaman baru, untuk pertama kalinya menginjakan kaki di tanah Borneo. Ini adalah pengalaman luar biasa bisa melibatkan diri dalam sejarah FULDFK, organisasi yang saya yakini akan menjadi organisasi besar kedepannya. Perjalanan baru organisasi ini dilanjutkan dengan Rakernas di UNPAD bulan maret lalu.
Saat menjelang ujian ternyata juga tidak setenang yang diperkirakan, "kerjaan DPO", Sekum FULDFK, Komdis Olymphiart, Proyek PKMM dikti, hingga terakhir Pendas TMA menghiasi waktu Maret hingga seminggu menjelang ujian.

Sekarang sudah bulan Mei, artinya tahun ketiga akan segera berakhir setelah mengikuti beberapa rentetan ujian marathon kurang lebih satu bulan kedepan.
Tahun yang dimulai dengan indah InsyaAlloh ditutup juga dengan indah. Semoga ujian lulus semua dengan nilai yang memuaskan. AMINN!!

Saya ingin pulang pada liburan kali ini

Tunggu Hingga Kalian Berada Disini

Ingin rasanya menemui mereka satu persatu dan menanyakan banyak hal. Di akhir pembicaraan saya akan berpesan tidak semua yang bisa kalian lihat itu bisa kalian rasakan hingga kalian benar-benar mengalaminya.
jatinangor, 8 mei 2010
18.40

Kenapa Mereka Bisa?

Serung kali muncul sebuah pertanyaan mendasar yang mungkin sering kita tanyakan. Baik itu pertanyaan secara langsung pada orang lain maupun bertanya pada siri sendiri. Pertanyaannya, Kenapa mereka bisa menjadi "pemenang"? Atau sederhanya kenapa mereka bisa sukses. Sukses yang dimaksud disini adalah sukses dalam hal apa pun yang membuat mereka menjadi lebih baik dari orang lain. Ternyata setelah ditelusuri jawabannya adalah karena mereka berbeda dari rata-rata orang kebanyakan. Perbedaannya itu adalah mereka memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain.

Mau tahu apa lebihnya?
Mereka berusaha lebih banyak dari yang lain. Mereka berjuang dengan usaha diatas rata-rata yang dilakukan orang lain.

Tulisan, Bentuk Komunikasi Antar Generasi

Semakin kesini saya semakin menyadari kekuatan sebuah tulisan. Tulisan saya yakini adalah sebuah bentuk pengabadian sebuah pemikiran. Terkadang pikiran yang abstrak pun bisa dijadikan "pemikiran" kalau sudah diterjemahkan dalam bentuk tulisan. Pemikiran tanpa ada bentuk nyatanya dalam bentuk tulisan hanya akan menjadi sesuatu yang mengawang. Ibarat debu di udara akan terombang ambing sesuai arah angin, terbang kearah manapun tanpa bisa di kendalikan.

Tulisan juga merupakan bentuk komunikasi antar generasi. Apa yang ada sekarang belum tentu ada di generasi selanjutnya tanpa mereka tahu apa yang terjadi saat ini. Apa yang kita rasakan saat ini tak akan bisa diturunkan dengan baik kegenerasi selanjutnya jika tidak berupa tulisan, karena bahasa verbal begitu rentan untuk terjadi pergeseran dari kemurniannya.

Malas dan Lemah, Tidak untuk Keduanya


Malas berarti mampu tapi tidak mau,lemah berarti mau tapi tidak mampu..

Tidak jarang kita akan mengalami dua hal diatas. Semua orang InsyaAlloh pasti pernah mengalami keduanya.
Dan bersyukurlah untuk kelebihan-kelebihan yang kita miliki sehingga menghindarkan kita dari kelemahan. Faktanya tidak semua orang terlahir dengan kekuatan yang sama, maka apa lagi yang disesali dengan segala kelebihan yang telah dititipkan kepada kita? Anda bisa bayangkan banyak orang yang punya keinginan tapi tidak bisa melakukan atau mendapatkan karena keterbatasan yang dimilikinya. Lalu apakah kita akan menjadi orang yang menyia-nyiakan kemampuan yang kita miliki hanya untuk bermalas-malasan?

Banyak orang yang ingin beramal tapi ia tidak bisa melakukannya karena ia tidak mampu untuk itu. Banyak orang yang ingin bisa belajar dan sekolah tapi tidak memiliki kemampuan untuk itu. Banyak orang ingin bisa melihat, berjalan, mendengar, tapi tidak memiliki nya. Ada juga orang ynag ingin sekali bisa punya banyak uang untuk bisa menolong orang lain, tapi pada kenyataannya mereka tidak punya itu. Mereka memiliki kelemahan, dalam hal ini mereka punya keinginan tapi tidak dalam hal kemampuan.

Lalu bagaimana dengan orang yang memiliki uang yang banyak, tapi tidak punya keinginan untuk membagi rizki nya kepada orang lain. Lalu bagaimana juga dengan orang yang memiliki kemampuan lebih tapi hanya untuk segala yang berhubungan dengan kepentingan pribadinya saja. Lalu bagaimana juga dengan orang yang memiliki kekuatan kaki untuk bisa berjalan, mata yang bisa melihat tapi tidak punya kemauan untuk menggunakan kekuatannya hanya sekedar untuk shalat ke mesjid?

kelemahan adalah suatu yang tidak lagi bisa dipaksakan karena takdir sudah berbicara demikian. Tapi tidak dengan kemalasan, kemalasan adalah bentuk dari kufur nikmat, bentuk kita tidak mensyukurinya. Diberikan segala kelebihan tapi tidak digunakan untuk kebaikan dalam rangka mensyukurinya.

"Ya Alloh aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan kemalasan"(alma'surat)

Hati yang Membeku

Musik terus berdentang dengan merdu seraya menunjukan indahnya prakarsa seni. kata-katanya mengalun indah mengingatkan jati diri,bukan karena suaranya apalagi nama penyanyinya,tapi karena lirik yang disenandungkan,karena makna yang dihamburkannya..

Hati yang selama ini membeku seakan mulai mencair menemukan makna dan arti kehidupan. Selama ini seakan bersembunyi,sekarang mulai menyeruak ke permukaan,menunjukan makna yang begitu kompleks namun sederhana jika ingin dipahami. Hidup itu begitu luas dan akan menjadi seluas kita memaknainya dan sesempit kita melihatnya.

Kita bisa melihat luasnya dunia,namun kita belum tentu bisa melihat dalamnya hati. Kita bisa melihat tingginya langit tapi dengan kemampuan itu kita belum tentu bisa merasakan rendahnya diri. Kita bisa melihat megahnya dunia tapi dengan itu kita belum tentu bisa merasakan megah nan indah dalam arti yang sesungguhnya. Karena kehidupan itu sederhana nan kompleks untuk dipahami.

Rasa bangga akan diri sendiri tak akan memberikan apa-apa kecuali keinginan untuk menjadi lebih. Disitu lah titik yang menutupi makna,melingkupi mata untuk melihat,menggelapkan jiwa untuk bisa merasa,mengeraskan hati untuk bisa mencari dan menemukan makna nan kompleks tapi sederhana.

Melihat keluar dan mengagumi tak ada larangan dalam melakukannya,jangan menutup diri untuk bisa memahami karena disitu lah ketika yang akan membukakan dan memberikan cahaya penerangan. Cahaya yang memberikan arah,membantu indera untuk meniti jalannya hingga menemukan jalan yang sesungguhnya.

Hati yang selama ini tertutup mulai membuka untuk dirasuki cahaya. Semoga tetap begitu dan terus begitu karena lewat pintu yang sempit itu lah pencerahan akan memberikan keindahan dan mulai mengajarkan makna agar sang hati membuka pintu lebih lebar.
Hati yang selama ini angkuh dengan kedudukanya yang tak berarti apa-apa mulai menemukan makna. Makna yang akan menjadikannya indah dalam arti yang sebenarnya.

Hati yang membeku mulai menemukan cahaya
Jatinangor,7 april 2010
20.18


Hidup Adalah Tanggung Jawab Mu Sendiri

Hasan Bashri ditanya tentang rahasia zuhudnya

Ia mjwb,"Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain,karena itulah qolbuku selalu tenang.Aku tahu amal perbuatanku tidak akan dapat ditunaikn orang lain,karena itulah aku sibuk mengerjakannya.Aku tahu Allah mengawasiku,karena itulah aku selalu merasa malu bila Dia mlihatku dalam keadaan maksiat.Aku tahu kematian itu sudah menungguku,karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah."

Prioritas Itu Bukan dari Atas Kebawah

"berbicara soal prioritas bukan berarti mendahulukan yang satu diatas yang lain melainkan bagaimana membagi porsi yang adil(sesuai dengan hak dan kewajibannya) untuk masing-masing bagian.."

Amanah seorang muslim lebih banyak dari waktu yang tersedia

selamat menempatkan prioritas

Dia yang Paling dan Maha Tahu

___"ya Alloh jika ini adalah jalan yang terbaik untuk ku, agamaku, dan orang-orang yang kan terpengaruh oleh hal itu, maka maka perjelaslah dan berikan saya kemudahan untuk menempuhnya.."

diantara kebingungan dan kejelasan
menuju kepastian takdir yang telah tertulis dan tertata rapih
jatinangor,12 Maret 2010
23.04

"??" Tapi Inilah Aku

Menemukan jawaban yang paling sulit adalah ketika ditanya tentang dirimu orang nya seperti apa? Atau diminta silahkan gambarkan tentang dirimu! Seakan mulut terkunci untuk bercerita dan tangan terhenti untuk mengetik. Padahal sehari-hari mulut ini selalu mengiringi setiap langkah tubuh ini begitu juga jari juga tidak pernah ditinggalkan,tapi kenapa dia tidak bisa menjelaskan. Apakah ia lupa? Atau selama ini tidak memperhatikan?

12 hal tentang saya:

1. Lupa,tadi dimana ya?
Jangan heran jika saya melupakan dimana meletakan kunci kosan,lupa dimana menaroh HP, kebingungan nyari-nyari sesuatu sambil memeras otak mengingat-ngingat. Dan yang paling sering,meninggalkan Flashdisc di computer rental setelah menge-print sesuatu. Apalagi jika sudah berhubungan dengan seseatu yang lebih besar yang harus dipikirkan maka yang kecil-kecil seolah sudah maklum akan saya lupakan dan ditinggalkan. Haha maafkan saya.

2. Fokus dalam arti yang “sebenarnya”
Ini bisa berhubungan sama point nomor satu. Entah,apakah ini sebuah kelebihan atau kekurangan,tergantung situasi yang terjadi dan apa yang lagi dibutuhkan. Disatu sisi bisa fokus dan konsentrasi,tapi disisi lain justru yang lain akan terlupa tidak bisa dikerjakan karena sama sekali tidak bisa multitasking. Yaudah lah anggap ini sebuah kelebihan. Kalau belajar ya belajar,kalau waktu bermain ya main-main dulu, kalau ngerjain tugas yang satu ya selesaikan dulu itu baru kerjain yang lain.^^

3. Kurang peka
Maaf kan saya terutama untuk orang-orang yang merasa tidak terhiraukan, atau tidak bisa saya pahami. Bukan niat hati untuk itu,tapi memang karena mungkin sudah dari sono nya. Maafkan juga untuk orang-orang yang selama ini berhubungan dengan saya sering kali saya tidak bisa memahami perasaan kalian. Bahkan kalau lagi kumat,disaat orang lain disekitar saya nangis terisak-isak,saya hanya akan ikut-ikutan menunduk menunggu air mata yang tak kunjung juga jatuh. Bisa jadi saya akan bertanya sesuatu pada seorang secara blak-blakan padahal dia sedang bersedih. Terutama untuk perempuan,maaf kan saya bukan saya bermaksud demikian, ini memang mungkin karena saya tidak paham dengan perilaku kalian. Tapi saya sudah berusaha sebisa saya untuk memperbaiki hal yang satu ini.

4. Koleris mode: ON
Saya lebih suka meminta orang untuk mengerjakan apa yang ada dipikiran saya. Dengan sifat ini akibatnya saya lebih suka menyuruh daripada disuruh. Ini adalah konsekuensi. Ketika tidak ada orang yang bisa mengerjakan konsepan yang telah saya buat maka sering kali konsepan itu tidak jalan. Atau tetap terlaksana tapi hanya untuk diri saya pribadi.

5. Terstruktur dan terpola
Maka jangan aneh kalau menemukan agenda di HP saya yang berisi apa aja yang harus dilakukan hari ini. Terpaku pada pola,pola yang teratur yang dibuat sendiri sebelumnya. Saya akan sering protes sendiri jika orang mengerjakan sesuatu dengan acak-acakan. Setiap kali akan mengerjakan sesuatu maka saya akan membuat urutannya secara tertulis dari awal hingga akhir. Apa saja langkah yang harus dilakukan untuk mencapai goal tersebut,harus jelas dulu baru akan muncul ketenangan untuk melakukannya.Kalau tidak,ya akan selalu dihantui keraguan.

6. Perfeksionis
Segala sesuatu harus selesai dengan sempurna,minimal dengan standar saya, harus terlaksana sesuai dengan yang semestinya. Tidak ada istilah sebagian apalagi hanya setengahnya, harus sampai selesai, jadi jangan tanggung-tanggung kalau jadi orang. Jangan heran juga kalau ada orang sering saya ingatkan untuk secepatnya menyelesaikan apa yang telah saya tugaskan untuknya. Hehe, Kalau belum selesai jangan harap anda tenang dari “terror” saya yang akan selalu mengingatkan. Bisa jadi ini adalah sebuah kekurangan dimata orang lain. Tapi prinsip saya jika ingin berhasil jangan setengah-setengah tapi harus total.

7. Padang?? Yes,I am
Hehe jangan heran juga kalau saya sering menghubungkan dengan kata yang satu ini,Padang atau minang. Bukan narsis apalagi rasis, tapi ini adalah bagian dari kecintaan akan kampung halaman. “bak kacang yang tak lupa pada kulitnya”. Begitu juga dengan Padang,karena ini adalah daerah asal saya, daerah yang memberikan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Menyebut Padang maka itu akan mengingatkan pada masa kecil saya,dan orang tua yang membesarkan saya, dan budaya yang membentuk kepribadian.

8. Tidak nyaman menjadi pusat perhatian
Gerogi,keringat dingin,gemetar,lutut bergoyang,lemas dan lupa semua yang akan dibicarakan..hehe ga segitunya juga sih.. tapi,ini pernah menjadi bagian dari masa lalu saya. Walaupun masih sedikit menyisa sampai sekarang,tapi ini justru memberikan "keuntungan" tersendiri,karena setiap harus tampil di depan banyak orang saya akan mempersiapkannya dengan baik.

9. Lebih unggul?kenapa tidak
Bersaing asal dengan cara yang baik, itu tidak ada larangan dan tidak ada yang melarang. Cemburu untuk mengejar ketertinggalan itu baik,setidaknya menurut prinsip saya. Dengan tetap menjunjung tinggi sportifitas, maka saya rasa rasa ini perlu dimiliki oleh semua orang. Kalau tidak,harus menunggu berapa abad lagi Negara kita akan maju kalau orang-orang nya sendiri tidak punya keinginan untuk unggul dari yang lainnya. Saya lebih suka berada dalam satu kelompok yang banyak orang-orang hebat didalamnya, karena dengan demikian saya akan termotivasi untuk bisa sehebat mereka atau bahkan lebih.
“jangan harap dunia berubah,tapi diri kitalah yang berubah. Ingat,Alloh berfirman,dia tidak akan merubah nasib sebuah kaum,sampai kaum itu sendirilah yang melakukan perubahan. Kalau kalian mau sesuatu dan ingin menjadi sesuatu,jangan hanya bermimpi dan berdoa, tapi berbuatlah,berubahlah,lakukan saat ini. Sekarang juga!” (novel: Negeri 5 Menara)
Hayuu selamat berkompetisi.

10. Abstract thinker
Dengan pola keabstrakan dalam yang ada dalam pikiran, saya baru akan benar-benar bisa memahami isi pikiran saya sendiri setelah menuliskannya atau merunutnya dengan jelas

11. Visual type Learner
Kalau orang mungkin cukup dengan mendengarkan penjelasan orang lain saja dia sudah paham. Kalau saya harus ditambah usaha lainnya minimal dengan melihat apa yang dijelaskannya. Ada bukti kongkretnya nyatanya. Jadi jangan heran kalu setiap rapat saya selalu akan meminta untuk ditulis di papan tulis. Dengan itu berarti saya dapat melihat sendiri bahkan apa yang saya usulkan. Dengan type visual akibatnya saya sangat membutuhkan keindahan,keteraturan versi saya. Makanya minimal kamar harus terpola dengan baik.

12. Nyanyi?? Apaan tuh..
Haha tidak untuk yang berhubungan dengan dunia yang satu ini, dunia tarik suara. Hehe kalau diajak ke ruang karokean, saya akan lebih memilih main-mainin Hp dari pada ikutan “teriak-teriak” atau bergumam ga jelas.

FULDFK



Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia






Munas VI FULDFK: Keberangkatan

MUNAS VI FULDFK tahun ini akan dilaksanakan dikalimantan. Mendengar kata-kata ini beberapa bulan lalu langsung terbersit keinginan saya untuk ikut bagaimanapun caranya yang penting halal. Saya tahu bahwa akan banyak momentum disini yang akan terjadi disini. Saya ingin menjadi bagian dari momentum itu.selain ada juga keinginan untuk berkunjung ke kalimantan untuk pertama kalinya.
sebelum berangkat,orang yang paling kiri dari penglihatan anda cuma numpang foto..hehe

Ketika tahun lalu ketika munas di Aceh saya juga tidak bisa ikut karena waktunya berbarengan dengan ujian. Tidak ada alasan untuk tidak ikut tahun ini. Setelah dikumpulkan beberapa orang yang juga menjadi pengurus FULDFK dan ditanyain kesediaannya akhirnya diputuskan akan ada lima orang yang akan menjadi delegasi DKM Asy-syifaa FK UNPAD untuk dikirimkan ke Kalimantan. Samarinda lebih tepatnya.

Proses dimulai. Memang sebuah mimpi jika dipegang teguh diiringi usaha untuk mewujudkannya maka Alloh akan memegang mimpi itu dan menjadikannya nyata diwaktu yang tepat. Begitu juga mimpi untuk bisa ke kalimantan ini. Munas VI FULDFK menjadi momentum untuk terwujudnya keinginan itu. Selanjutnya ditunjuk sekretaris untuk mengurusi proposal permintaan bantuan dana ke dekanat. Vita karima dengan cekatan mengurusi masalah ini. mulai dari surat-menyurat hingga ke keuangan diurusi oleh akhwat yang satu ini.

Perjuangan memang tidak akan selalu mudah untuk dilakukan. InsyaAlloh akan selalu ada rintangan yang menghadang,tapi Justru disitu lah seni dari sebuah perjuangan. mulai dari tiket yang harganya berubah setiap saat hingga ke dekanat yang hanya membiayai untuk keberangkatan tiga orang saja. tapi dengan kebulatan tekat akhirnya dengan "nombok" sebagian kelima dari kami akhirnya bisa berangkat ke kota yang orang sana menyebutnya Kota tepian karena kota ini terletak di tepi sungai mahakam yang begitu eksotis.
perjalanan dimulai..

Sampai di sepinggan,bandara intternasional milik kaltim ini berada di kota balik papan. Tiba dan menginjakan kaki untuk pertama kalinya di kalimantan. Berhubung waktu masih pagi dan acaranya baru dimulai malam hari,kami langsung tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mentadaburi keindahan alam balikpapan. Kota yang indah.

Perjalanan dibalik papan memang agak sedikit mennyulitkan karena suhu udara disana cukup panas.)* cukup untuk dikatakan lebih panas dari jakarta yang sudah terkenal dengan kegerahannya. Ada suatu keanehan yang kami temukan disini. Disetiap jalan tidak ada angkutan umum yang namanya Angkot. Kemana-mana harus naik taksi,anehnya lagi taksi harus sering ngetem nunggu-nungguin penumpang dan untuk perjalanan jauh harus nyambung dua sampai tiga kali taksi. Hehe ternyata orang kalimantan menyebut angkutan yang sering membuat macet di ibukota ini dengan sebutan taksi. Taksi alias angkot.

Haha hampir kami menyemplung salah naik angkutan ke "taksi" yang sebenarnya setelah diberitahu oleh seorang bapak-bapak agar naik "taksi" saja ke pusat kota. taksi yang sebenarnya ini diberi nama "Taksi Argo".
mengabadikan moment didepan bandara sepinggan dari kiri,andro unila,nesta,amei,baiz unila,sofa,vita,hanun.

makan siang sambil melepas penat di pusat jajanan kuliner balikpapan,dekat kantor pos.

Perjalanan dilanjutkan menuju sebuah pantai dibelakang pasar yang katanya itu bukan pasar untuk wisata,alias pasar sayur dan sejenisnya. Tapi tak apa2 yang penting pantainya. Maklumlah orang gunung yang baru turun gunung dan dikasih pemandangan pantai pula,jadi ga masalah,yang penting pantai.hihi

Puas dibalikpapan haripun sudah sore,panitia sudah berkali-kali menghubungi dan mengingatkan untuk segera menuju ke samarinda agar bisa ikut acara pembukaan malamnya.
perjalanan dari balikpapan ke samrinda membutuhkan waktu lebih kurang 2.5 jam dengan menggunakan travel.

Tapi lagi-lagi sebuah pengabadian moment memang tidak boleh dilewatkan. sebuah tawaran menarik dari pak supir untuk "beristirahat"* sejenak dalam perjalanan. Dan tempat istirahatnya adalah di jembatan kuning yang menghubungkan samarinda yang berseberangan dipisahkan oleh sungai mahakam ini.)*sebenarnya dengan bujuk rayu agar pak supir mau nungguin kita foto-foto di jembatan ini. haha dasar,ketahuan anak-anak delegasi ini orang yang jarang jalan-jalan.^^

merasupi keeksotisan kota dipinggiran mahakam


penampakan islamic center Samarinda dari jembatan kuning


*bersambung

Kiat agar dicintai Alloh

Allah SWT telah berfirman (dalam hadis Qudsi): “Orang-orang yang berusaha mendekat kepadaKu itu tidaklah dapat berhasil kecuali dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti yang telah Aku wajibkan. Seorang hamba secara terus-menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang sunah sesudah menjalankan yang wajib, pasti Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintai salah seorang hambaKu, maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, ucapannya, tangannya yang dibuat menyentuh, dan juga kakinya yang dipakai untuk berjalan."

Ketua DKM Asy-syifaa' Selanjutnya


Pagi yang cerah menuju siang. Langit-langit menampakan keindahannya. Orang-orang berbondong menuju suatu tempat. Tempat yang bagitu familiar bagiku,dulu sejak hapir tiga tahun lalu hampir setiap hari aku dan teman-teman yang lain menuju tempat ini untuk melaksanakan shalat zuhur dan ashar.

Kali ini orang-orang didalam sana membicarakan hal yang sama,hal yang begitu saya ingat sampai sekarang,sesuatu hal yang merubah hidup saya. Serasa de javu. Tepat setahun yang lalu,ditempat yang sama dengan proses yang hampir sama,amanah itu diberikan diletakkan dipundak saya. Amanah yang sangat berat menurut saya,hari ini setelah setahun kemudian akan saya akhiri. Perasaan lega akan segera menjambangi hati ini.

Setahun sudah perjalanan panjang itu dimulai,mengarungi ruang kebermanfaatan dan pengabdian. Walau belum seberapa jika mungkin dibandingkan dengan “dunia nyata” yang akan dihadapi di dunia pasca kampus nanti,tapi ini adalah ruang pembalajaran untuk menuju kesana.
Proses yang sama. Orang-orang bermusyawarah untuk memutuskan,untuk memilih,siapa yang akan diamanah untuk memimpin pergerakan ini. Diakhiri dengan takbir yang membahana mengikuti nama yang disebut,bahwa dialah orang yang dipilih. Diikuti dengan isak tangis haru,dalam doa dan keyakinan bahwa itulah yang terbaik menurut Alloh,tuhan semesta alam,tuhan maha pembuat keputusan.

Musyawarah yang alot,melihat,menimbang baik buruk,menilik,berusaha untuk membuat keputusan yang terbaik,mencari sosok,dan juga memikirkan komposisi,berencana jauh kedepan. Untuk membuat perubahan progresif menuju puncak yang lebih baik,untuk mencari penerus estafet untuk melanjutkan lomba lari yang begitu panjang jarak yang harus ditempuh.

Hingga akhirnya mencapai titik keputusan,ketika semuanya mengeluarkan kata sepakat,satu nama yang akhirnya akan diberikan amanah itu,suatu nama yang kami doakan akan memberikan kebermanfaatan untuk semua orang,suatu nama yang akan kita dukung,suatu nama yang akan kita bimbing,yang akan kita bantu,agar ia bisa melaksanakan amanahnya dengan baik. Hingga Alloh akan mengampuni dosa kita karena memilih beliau dan menggantinya dengan pahala yang berlipat ganda karena manfaat yang diberikannya.

Barakallahu untuk adikku,saudaraku, Yasir Banadji. Semoga Alloh membimbing mu dalam menjalankan amanah ini. Amanah menjadi Ketua DKM Asy-syifaa’ selanjutnya untuk meneruskan perjuangan ini.

Asy-syifaa’: Perjuangan Belum akan Berakhir Sampai Disini

Foto pengurus DKM Asy-syifaa' periode 2009-2010


Alhamdulillah puji syukur hanya untuk Alloh tuhan semesta alam. Salawat dan salam semoga selalu Alloh limpahkan untuk nabi Muhammad SAW,keluarga,sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman,semoga kita termasuk didalamnya.

Alhamdulillah setahun sudah kita bersama dalam kepengurusan ini saudaraku,banyak hal yang telah kita lalui bersama. Senang,sedih,panik bersama,bahagia,beratnya beban,sibuk,capek,lelah,dan apapun itu semoga akan terasa ringan karena berdasar atas niat yang satu hanya untuk dan karena Alloh semata. Banyak cerita telah kita lewati setahun kebelakang. Banyak hal pencapaian yang telah kita dapati. Banyak hal kita dapat dalam rangka peningkatan kualitas diri. Dan ini akan menjadi lembar sejarah dihari kelak yang menjadi saksi bahwa kita pernah berjuang bersama.

Syukur yang sebesar-besarnya atas segala nikmat hingga detik ini. Tanpa nikmat itu sudah pasti sekarang kita tidak akan berada disini,di penghujung masa kepengurusan ini. Bersyukur yang sebesar-besarnya semoga kita dapat menyelesaikan amanah ini dengan baik dengan kemampuan maksimal yang kita miliki. Semoga Alloh memberikan nilai yang luar biasa atas usaha dan kerja keras yang kita lakukan selama ini. Semoga itu tergolong kedalam amal shaleh yang tercatat karena niat yang ikhlas semata-mata hanya karena Alloh.

Terus terang saya pribadi bangga melihat perkembangan yang terjadi. Bangga melihat generasi penerus yang begitu bersemangat. Semoga Alloh menyertakan kita dalam usaha pembentukan mereka karena itulah yang akan menjadi amalan berantai yang sampai kelak tak akan pernah putus akan tetap mengalir kepada si pemberi manfaat. Bangga melihat saudaraku sekalian mendapatkan jatidirinya di Asy-syifaa. Bangga melihat banyak orang dapat belajar di Asy-syifaa. Bangga melihat banyak orang dapat mengembangkan potensi di Asy-syifaa. Dan mudah-mudahan kita sudah menjadi setingkat lebih tinggi dibanding sebelum masa ini kita lewati.

Banyak pelajaran yang didapat selama satu tahun masa kepengurusan ini. Dan saya yakin saudaraku sekalian juga mengalami hal yang sama atau bahkan lebih. Belajar untuk bisa belajar tanpa henti. Karena zaman dan waktu jauh lebih cepat bergarak dari yang kita duga. Hal itu menuntut kita untuk berakselerasi labih cepat agar tidak tertinggal begitu jauh dibelakang bahkan sebaliknya kita bisa mengiringi waktu itu dengan perubahan yang dinamis kearah kebaikan dengan tingkat yang lebih tinggi. Menjadi seorang pemimpin itu sulit,dan akan lebih sulit lagi jika kita tak bisa belajar dengan cepat dengan belajar yang tak pernah henti.
Belajar untuk memahami. Mengenal karakter orang lain. Belajar untuk mendengarkan. Belajar untuk berempati. Belajar untuk bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Mengetahui bahwa tak ada orang yang sempurna. Saya dapat merasakan perubahan itu pada diri saya dan saya yakini juga bahwa teman-teman jauh lebih banyak belajar. Belajar untuk memahami hakikat pembalajaran. Belajar untuk bisa menghadirkan diri dan memberi kebermanfaatan disetiap jejak yang terlewati. Karena ada makna yang harus tersebar disetiap keberadaan kita.


Sekalipun usaha belum menghasilkan pencapaian-pencapaian yang tak tergantikan, kerja keras belum membuahkan hasil,keringat mencucur belum mendapat balasan,percaya lah Alloh telah menilai itu berupa suatu kebaikan bahkan ketika baru hanya berupa niat yang terbesit dalam relung hati. Bukan dilihat dari besar kecilnya yang kita buat tapi seberapa besar pelajaran yang bisa kita ambil dari sana dan seberapa besar kebermanfaatannya untuk orang lain dari hasil usaha yang kita lakukan.untuk umat untuk dakwah demi cita-cita besar tegaknya islam dimuka bumi ini.

Perjalanan dakwah ini begitu panjang saudaraku. Kita hanya berada di satu titik pada garis yang sangat panjang. Berusaha menjadi penyambung puzzle untuk meneruskan jalan agar tak terputus. Kita ada untuk kebermanfaatan. Perjuangan tidak akan sampai disini. Masih banyak relung kebermanfaatan menanti kita di dalam jalan dakwah ini. Semoga kelak kita termasuk orang yang merayakan kemenangan karena kemaren,hari ini,dan esok kita ikut berjuang untuk pencapaian itu.

Masa ini memang akan segera berakhir tapi perjuangan tak akan berhenti sampai disini karena masih banyak ruang kebermanfaatan menunggu hasil karya kita,saudaraku.