Perspektif Sukses

Setiap orang memiliki perspektif masing-masing terhadap arti kesuksesan. Mulai dari mepunyai banyak uang, rumah yang besar, pekerjaan yang baik, pangkat atau jabatan yang tinggi, gelar yang panjang, dihormati oleh orang lain, memiliki istri yang cantik, atau anak yang banyak dan shaleh. Jika semuanya diurai mungkin akan butuh berlembar-lembar kertas untuk menjelaskannya. Semua berbeda walaupun ada beberapa kesamaan. Hampir semuanya adalah berupa kebahagiaan dunia, wajar saja dan bukan suatu kesalahan juga, mungkin sebatas itulah indera dapat merasa dan membuat bayangan akan masa depan.

Jauh dari itu sukses sebenarnya adalah ketika jiwa mendapat kemerdekaan, merdeka dalam arti yang sebenarnya. Ketika jiwa tidak lagi terbelenggu oleh hasrat dunia walaupun ia bisa ataupun sudah memilikinya.

Begitu banyak sukses sepeti dijelaskan diatas terbukti belum tentu membuat orang mencapai kemerdekaan dalam hidupnya. Orang bisa saja memiliki anak yang banyak tapi tidak pernah hidup tenang karena perilaku anaknya yang jauh dari shaleh,sebaliknya malah selalu membuat ulah yang membuat pusing kepala. Harta banyak tapi hidup tidak tenang karena selalu memikirkan keselamatan harta yang dimilikinya. Jabatan tinggi tapi tidak merasakan kebebasan selalu dihantui tuntutan dari banyak orang lain. Atau keluarga yang tak kunjung berada dalam kedamaian. Semuanya itu terbukti bukanlah segalanya dalam hidup ini.

Selayang kita bisa melihat sebuah keluarga yang sederhana, segalanya serba sederhana, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Mereka dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki, keluarga yang damai, anak yang shaleh, walaupun harus makan seadanya, kemana-mana masih naik motor butut, dan rumah yang jauh dari mewah.

Pada hakikatnya dunia hanya akan menjadi kesenangan dan kebahagiaan semu. Bagi orang-orang yang benar-benar memahami ini saat itulah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, merdeka dalam arti yang sebenarnya. Sekalipun ia punya harta yang banyak ataupun hidup sederhana, tak punya gelar apapun atau gelar yang jauh lebih panjang dari nama aslinya. Semua itu mereka anggap hanya hiasan dunia tapi tak akan berarti apa-apa untuk hidupnya di akhirat kelak. Kalau ada ia bisa memanfaatkannya untuk menjadi fasilitas dalam mencapai akhiratnya, kalaupun tidak juga tidak masalah. Apapun yang ia punya akan dimaksimalkan untuk menebar manfaat bagi orang lain.

Bukan dilihat sebesar atau sebanyak apa yang ada dalam diri, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan untuk orang lain. Itulah orang yang paling sukses dalam perspektif saya.

Hanya Sesederhana Itu


Kereta terus berjalan membawa seribu kisah hidup para penumpangnya. Ada yang bahagia, ada yang sedang berduka. Ada yang dadanya dipenuhi kemantapan, ada yang hanya berisi kebimbangan. Kereta terus berjalan tak peduli apa yang sedang terjadi dalam jiwa para penumpangnya. Kereta hanya mengantarkan sampai tujuan, perjalanan selanjutnya para penumpangnyalah yang memutuskan.

Pilihlah yang Nafsu Berat Untuk Melakukannya

"Apabila engkau dihadapkan dalam dua hal, maka pilihlah olehmu yg terasa berat oleh nafsu untuk mengerjakannya, karena disitulah kebenaran"

Quote ini saya dapatkan dari status FB salah seorang teman. Sederhana tapi memiliki makna yang dalam. Makna yang merasuk kedalam relung hati terutama bagi orang yang pernah mengalaminya. Saya yakin semua orang pernah dihadapkan pada pilihan seperti itu dan tidak sedikit yang akhirnya memilih mengikuti nafsu.

Shalat tepat waktu itu lebih berat dari pada shalat yang mengulur waktu
Shalat di mesjid itu lebih berat dari shalat di rumah
Ikut mentoring itu lebih berat dari pada nonton bola apalagi piala dunia
Ikut rapat itu lebih berat ketimbang main atau jalan-jalan sama teman-teman
Belajar itu lebih berat dari pada tidur-tiduran atau malas-malasan nonton TV
Tilawah itu juga lebih berat dari pada baca koran atau Facebook-an
Membantu orang lain itu lebih berat dari pada membiarkan begitu saja
Bermalas-malasan itu lebih enak dan nyaman
dst dst
Itu kata nafsu. Mereka merasa berat untuk melakukannya. Lalu apakah itu baik? Bisa dilihat sendiri apakah shalat sendiri di rumah itu lebih baik dari shalat berjamaah di mesjid(bagi laki-laki)?

Pada prinsipnya kita akan sering terjebak dengan kesenangan semu yang menurut kita itu nyaman. Terjebak dalam satu kata, Malas. Padahal belum tentu itu baik atau malah sudah jelas itu lebih buruk tapi tetap saja masih dilakukan.

Kesimpulannya, pilihlah yang nafsu merasa berat untuk melakukannya. Selamat mencoba!!

Tanpa Makna

Manusia adalah apa yang ia pikirkan, apa yang ia tahu, apa yang bisa dirasa, apa yang pernah ia lihat, dan segala apa yang pernah dan mampu ia terima dengan indra.
Hanya sebatas itu. Lalu diberi akal dan nafsu. Nafsu membawa manusia hanya bertahan dengan indra yang ia punya sedang akal menambah sedikit lebih luas. Akal bisa membuat nya bisa berpikir.
Nafsu menjadikan manusia merasa besar sedang akal menjadikannya kecil. Akal tahu manusia tak ada apa-apanya, mereka hanya bisa bermimpi. Nafsu yang membuatnya seperti itu. Lalu akal memberi tahu bahwa manusia tak cukup hanya dengan itu.

Belajar dari hikmah yang terserak: # 3 idiots

Berbicara soal hikmah kita bisa mendapatkan dari mana saja. Tanpa memandang orangnya kita tetap bisa mengambil pelajaran dari apa yang disampaikannya. Tanpa melihat apapun dari orangnya kita bisa mengambil pelajaran jika apa yang disampaikannya adalah sesuatu yang baik. Sekalipun dari mereka yang lebih muda umurnya, orang miskin, pejabat rendahan, gelandangan sekalipun kita tetap bisa belajar dari mereka.Jika mereka menyampaikan sesuatu atau bahkan tanpa berkata-kata pun kita bisa mengambil pelajaran dari mereka.
Kenapa saya buka dengan paragraf diatas semoga terjawab dengan lanjutan dari artikel ini. Kali ini saya ingin mengulas tentang pelajaran yang bisa diambil dari film 3 Idiots. Notabene film ini adalah film india,bukan film buatan orang muslim,tapi nyatanya kita juga bisa mengambil pelajaran dari film ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada di film ini kita tetap masih bisa mengambil yang baiknya karena disitulah prinsip mengambil hikmah atau pelajaran dari sesuatu. Ambil baiknya dan tinggalkan buruknya,kalau bisa malah kita yang ikut memperbaiki buruknya. Sekarang kita lihat hal-hal yang baik dari film ini.

1. Jati diri bangsa
Jati diri ini adalah hal pertama yang saya luar biasa jika saya menonton film india. Mereka tetap menampakan jatidirinya sebagai orang india dan dengan budaya india tanpa latah dengan mengekor ke budaya lain terutama barat. Sekalipun itu hanya menyanyi dengan menari dengan gaya khas mereka tapi mereka bangga dengan itu dan menampakannya ke dunia internasional.Itu adalah budaya mereka. Tanpa takut berpikir dunia tak menerima buktinya film mereka bahkan mengalahkan film-film Hollywood di jajaran film teratas terfavorit dimata pasar dunia.
Me-latah ke budaya internasional dan lupa jati diri, saya pikir itulah yang terjadi disebagian besar generasi bangsa kita. Orang-orang bangga dengan peninggalan sejarah mereka bangsa kita malah mengabaikannya, orang-orang melestarikan budayanya sebagian besar generasi muda kita malah melupakannya. Tak terlebih kita mungkin berada didalamnya.

2. Mengahapal itu baik?
Salah satu kekocakan dari film ini adalah ketika rancho menjahili salah seorang temannya. Salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi karena kekuatannya dalam "menghapal". Dia terpilih menjadi perwakilan mahasiswa untuk berpidato menyambut kedatang pak menteri. Dia mengahapalkan sebuah pidato dalam bahasa india yang tidak dia pahami. Disini rancho dan Raju menjahili dengan merubah beberapa kata sehingga maknanya berubah dari keajaiban menjadi kecabulan. Coba anda bayangkan ada orang berpidato dengan percaya diri tinggi tapi dia tidak paham apa yang disampaikanya.
Pada adegan lainnya,“Jika kita hanya meniru buku apa gunanya?” kata Rancho pada dosennya. Teori yang ada dalam buku memang menjadi acuan pembelajaran tapi apa artinya teori itu jika hanya dibaca dan dihapalkan. Jika pelajaran yang dibaca hanya untuk mendapatkan nilai beginilah jadinya. Selepas ujian bahannya sudah lupa lagi. Itu terjadi karena buku dihapalkan bukan dipahami.Teori dikuasai tapi bagaimana dengan aplikasinya? Mempelajari teori tanpa berpikir kenapa teori itu ada. Saya pikir inilah sebabnya kenapa orang Indonesia sudah puluhan tahun belajar dari buku teks internasional generasi terbarunya masih saja belajar dari buku terbitan luar. Mana buku dari Indonesia? Entahlah. Belajar untuk menerima dan hanya menerima tanpa terpikir suatu saat kitalah yang harusnya membuat dan memberikan sesutau.
Kita tidak menyalahkan orang perorang tapi sistem yang menjadikannya seperti ini. Siapa yang membuat sistem? Entahlah.
Dalam pikiran positif saya mungkin orang-orang masih berpikir bagaimana memperbaiki masyarakat yang masih miskin,memberantas buta huruf,atau mengurangi gizi buruk sampai lupa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Akibatnya generasi kita terpaksa masih harus belajar terus dari ilmu orang luar negeri.

3. Sekolah untuk kerja dan dapat uang
Setali tiga uang dengan penjelasan diatas. Masyarakat kita masih miskin,boro-boro memikirkan bagaimana membuat teknologi yang baru,atau penelitian terobosan baru,sedang perut kosong masih perlu diisi. Ini tergambar dalam cerita kehidupan tokoh Farhan dan Raju dalam film ini. Mereka berasal dari keluarga miskin, uang adalah solusi untuk kehidupan mereka. Dengan sekolah mereka bisa mendapatkan uang, mereka sekolah untuk mendapatkan pekerjaan sehingga nanti bisa menghasilkan uang. Untuk mendapatkan pekerjaan butuh nilai yang bagus,makanya mereka belajar untuk mendapatkan nilai.
Inilah yang menjadi mindset sebagian besar generasi muda Indonesia. Bagaimana dengan sekolah mereka bisa kerja,bisa mendapatkan uang,sehingga hidup tenang, tanpa berpikir bagaimana nasib ilmu pengetahuan itu sendiri. Terus begitu dan tetap seperti itu buktinya sebagian besar generasi kita masih hampir sama tidak jauh berbeda, mana terobosan baru ilmu pengetahuan negeri ini? Saya mahasiswa kedokteran, 99% buka teksbook yang saya pakai adalah terbitan luar negeri. Lalu apakah generasi belasan tahun setelah kita akan tetap seperti ini? Kita sendiri yang bisa menjawabnya dan kita juga yang akan memberikan jawaban untuk itu.

Pesan film ini tentang masalah ini, “kita memang harus belajar dengan sangat serius, tapi bukan Cuma untuk lulus belaka, seorang guru pernah berkata,’jangan belajar untuk sukses,tapi untuk membesarkan jiwa’, jangan mengejar kesuksesan,tapi kejarlah kesempurnaan,maka kesuksesan akan mendatangimu”

4. Mendidik bukan melatih
Sebuah kritikan pedas untuk para guru dan mindset belajar mahasiswa juga muncul dari film ini. Salah satunya adalah ketika Rancho mengkritik cara pembelajaran rektornya. Lalu sang rektor marah dan menghukum Rancho,dia disuruh menjadi dosen didepan teman-teman dengan harapan dia tidak mengerti apa-apa. Lalu apa yang terjadi? Rancho mengerjai teman-temannya dan sang rektor yang juga menjadi “murid” Rancho. Dia pura-pura membuka sebuah buku lalu menuliskan dua kata dan dia menanyakan arti dari dua kata itu dan menunggu jawaban selama 30 setik. Semua mahasiswa dan juga sang rektor berlomba mencari arti kata tersebut, siapa yang tercepat mendapatkan kata itu dalam buku. Jelas tidak akan ada yang mendapatkan maknanya karena kata yang ditulis adalah modifikasi dari nama teman-temannya,prerajuisation dari nama Raju dan farhanitrate dari nama Farhan. Apa artinya?
Lalu Rancho memberikan penjelasan yang membuat merah telinga sang rektor,”adakah yang berpikir bahwa hari ini kita akan belajar sesuatu yang baru?” jawabanya tentu tidak. Semua orang terkungkung bahwa semua pelajaran berasal dari buku. “apakah ilmu pengetahuan kalian akan meningkat?” tambahnya.
Ini menjelaskan bahwa mindset sebagian besar orang terlalu bergantung pada teori, tanpa berpikir kedepan. Teori hanyalah sejarah yang dibaca untuk menjadi acuan, sedangkan pelajaran yang sebenarnya adalah bagaimana berpikir terbuka dengan menjadikan teori sebagai acuan untuk membuat sesuatu yang baru dimasa kini dan masa depan. Terkungkung pada teori hanya akan membuat kita terjebak dengan masa lalu. Teori yang ada sekarang adalah masa lalu orang yang menemukannya. Sedangkan masa sekarang dan masa depan adalah modifikasi dari teori yang ada.

5. Persahabatan=persaudaraan
Salah satu hal yang paling kental dalam film ini adalah betapa kuat persahabatan ketiga tokoh pemerannya. Seolah menerapkan hadits Rasulullah, “Perumpamaan kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Penjelasan lebih detail silahkan tonton sendiri filmnya.

6. Cinta
Seperti film india kebanyakan film ini juga tidak kalah dalam hal bumbu yang satu ini. Sepertinya bukan film india kalau tidak ada cerita cinta. Ini juga terkait dengan penjelasan nomor satu, masalah jatidiri, sekalipun itu mungkin menjadi hal yang terkadang membosankan,tapi jika dilihat soal jatidiri ini adalah bentuk konsintensi. Mereka selalu mengangkat tema cinta-cintaan atau menyelipkannya apapun tema utamanya. Kalau melihat konsistensi jangan sampai anda menyimpulkan bahwa jatidiri film Indonesia adalah “horor panas” ,saya pikir justru itu sebaliknya. Itu adalah kehilangan jatidiri karena budaya asli kita tidak hanya itu.
Baik kembali ke masalah cinta,pelajarannya cuma satu,kita tidak akan pernah tahu bagaimana kita dipertemukan dengan orang yang akan menjadi pasangan hidup kita, jadi sabarlah menunggu,tidak usah buru-buru apalagi pacaran,karena tuhan sudah mengaturnya sedemikian hingga.

7. Dan lain-lain
Sebenarnya masih banyak lainnya yang bisa diambil pelajaran, Mau? Beli dan tonton sendiri

Ujungnya tetap kembali ke prinsip ambil baiknya buang buruknya, terutama menyanyi dengan tarian khas bollywoodnya,hehe.

SOOCA dan Segala Hal Dibaliknya

Alhamdulillah SOOCA sudah selesai, mendapatkan dosen penguji yang baik, case yang saya kuasai, dan keluar ruangan dengan nilai yang bagus. Semoga Alloh meridhai setiap langkah saya.

Jika dilihat kebelakang ujian SOOCA kali ini adalah ujian yang paling membuat saya ragu untuk bisa melewatinya dengan baik. Itu karena persiapan yang kurang matang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Setiap tahun ujian yang satu ini tidak pernah kehilangan pamor untuk menjadi bahan pembicaraan. setiap tahunnya selalu ada hal-hal unik terjadi, mulai dari proses persiapannya, di hari H, hingaa pasca ujian itu sendiri.

Persiapan yang membuat mata hanya tertuju padanya. Begadang,minum berbagai suplemen anti-ngantuk, dan berbagai bentuk stress muncul ketika mempersiapkan ujian yang satu ini. Aktivis akan jadi pasif, "Pasivis" akan menjadi semakin pasif, sengaja meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar. Egoisme pribadi mulai muncul, dan yang memikirkan teman-teman yang lain juga akan semakin terlihat. Yang cengeng akan semakin melankolis, yang gampang stress semakin panik, yang suka nangis menangis dengan sejadi-jadinya ketika melihat persiapan belum juga matang padahal hari H semakin dekat. Saya masih ingat kejadian tahun lalu dimana soarang teman curhat dirinya sampai muntah-muntah gara menghapal 30 case. Ya benar, 30-32 adalah angka jumlah case yang harus dipersiapkan dengan matang, mulai dari basic science sampai ke ilmu klinik, mulai dari definisi, faktor resiko, etiologi, patogenesis, patosisiologi, diaognosis, manajemen dan properti-properti penyakit lainnya. Semua ini harus dikuasai dengan sempurna karena kita tidak akan pernah tahu case yang mana yang akan diujikan dan case yang mana yang harus kita presentasikan didepan penguji. Disisi lain saya bangga melihat orang-orang dikampus saya seperti ini. Ini memperlihat betapa orang-orang disini begitu menghargai ilmu pengetahuan dan ingin menguasainya dengan baik.

Hari H adalah hari eksekusi. Ruangan isolasi terlihat begitu horor ketika semua orang memegang kertas sambil komat-kamit. Itu bukan sedang membaca mantra melainkan masih menghapal puluhan case yang akan diujikan. Ruangan ini memang sengaja di desain tertutup untuk dunia luar layaknya ruangan isolasi. HP tidak boleh diaktifkan,keluar masuk ruangan akan selalu dipantau oleh petugas yang menjaga pintu ruangan. Detak jantung lebih kencang, keringat dingin, pucat, dan berbagai hal aneh lainnya tampak sudah biasa terjadi jika sudah diruangan isolasi ini. Tetap belajar,tetap optimis sambil menunggu giliran untuk dieksekusi. Setegar-tegarnya orang saya pikir akan tetap deg-degan diruangan ini. Sampai saatnya 13-15 orang akan dipanggil setiap sesinya untuk masuk ke ruangan persiapan. Waktu diruangan persiapan adalah 30 menit. Sebelum masuk ke ruangan ini dilakukan prosesi pengundian, prosesi penentuan nasib, saat tuhan menurunkan takdirnya. Saat inilah satu case yang harus kita presentasikan akan di tentukan, 13 case masing2 satu untuk tiap orang. 30 menit adalah waktu yang cukup untuk mempersiapkan, mengingat apa yang telah dipelajari, dan menuliskannya dalam bentuk form presentasi. Setelah itu, apa yang diingat ruangan ini dan telah ditulisakn, itulah yang dibawa ke ruangan ujian yang sebenarnya. Ruangan dimana dua orang yang dipilih oleh tuhan untuk menyampaikan takdir yang telah dituliskan-Nya. Mereka adalah dosen penguji. 20 menit untuk mengoceh tanpa henti mempresentasikan penyakit bapak A atau ibu B mulai dari A sampai Z segala hal yang butuh diketahui untuk menangani penyakit itu.

Setelah itu sang dosen akan mengeluarkan nilai dengan "objektif versi mereka". Beruntunglah orang yang ditakdirkan mendapatkan dosen penguji yang baik dan sebaliknya jika mendapatkan dosen yang kritis dan menuntut lebih banyak.
Berbagai ekpresi wajah akan muncul begitu keluar dari ruangan. Ada yang bahagia, senang, histeris, ada yang kalem, sedih, ada juga yang mengungkapkan kekecewaannya dengan bergumam. Tapi disisi lain ada yang tetap tenang seperti sudah paham buruk atau bagus, itu adalah rencana Alloh yang terbaik untuk dirinya. Hanya syukur yang terucap dari mulut mereka melihat apapun hasil yang keluar.

Sampai seminggu setelah itu hasil SOOCA akan tetap menjadi topik teratas untuk dibicarakan. Tentang dosen yang kritis, dosen yang baik, ataupun hasil yang belum sesuai keinginan. Keinginan memang mengalahkan kebutuhan sampai sebagian terlihat lupa bersyukur. Semoga dugaan saya salah. Tingkat persaingan itu secara nyata memang masih terlihat, mungkin karena masih terbiasa dengan suasana SMA hingga ke SPMB yang sangat kental dengan kata yang satu itu.

Semoga mindset itu akan perlahan memudar karena pada akhirnya ketika menjadi dokter, pasien tidak akan pernah menanyakan IPK ataupun itu yang sejenisnya. Kita lah yang bisa menilai diri kita sendiri, apakan kita bisa memahami pelajaran dengan baik atau tidak. Dan tingkat pemahaman itu tidak semuanya tergambar dalam nilai atau IPK karena banyak faktor yang berpengaruh didalamnya. Buat apa nilai tinggi kalau toh kita ternyata kita mendapatkan keberuntungan mendapatkan case yang memang kita kuasai, padahal belum tentu jika mendapatkan case yang lain. Sebaliknya belum tentu nilai rendah itu karena kita benar-benar tidak paham sama sekali. Disini kedewasaan akan terlihat. Sesungguhnya nilai kurang bagus adalah ujian kesabaran dan nilai bagus adalah ujian dari kesombongan.

Sekarang dua ujian telah selesai(OSCE dan SOOCA), tinggal MDE seminggu kedepan sebelum KKN bulan juli nanti. Ujian memang tidak akan berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ketika sesuatu hal selesai, itu bukanlah akhir melainkan sebuah awal untuk sesuatu yang berlanjut setelahnya. Tidak ada kata akhir bagi seorang muslim sampai ia menginjakan kakinya di syurga. Itu pun bukan akhir sebenarnya karena itu adalah awal untuk "kehidupan yang sebenarnya", kehidupan yang abadi.

Catatan terkait:
Ketika kau butuh tuhanmu
Saya ingin pulang liburan kali ini
kenapa mereka bisa
Ujian dan kampung halaman

.