Teruntuk Kalian yang Istimewa

Cerita ini berawal dari sebuah acara yang saya ikuti yaitu sebuah training untuk menjadi seorang fasil. Fasil yang dipersiapkan untuk membimbing adik-adik 2009 selama satu semester kedepan. Setelah acara dibuka selanjutnya diumumkan nama pembicaranya siapa dan pembicara tersebut adalah seorang senior angkatan 2005 yang tidak bisa dipungkiri lagi kemampuan dan keahliannya dalam berbicara. Saya salut sama teteh yang satu ini.

“training motivasi” itulah tema dari pertemuan kali itu. Sebenarnya saya juga sudah pernah mengikuti acara yang bertemakan sama tapi entah kenapa kali ini saya terbawa oleh sisi melankolis saya untuk mengikutinya dengan khidmat. Dan untuk petama kalinya juga dada saya rasanya sesak menahan tangis didepan umum ditengah-tengah orang banyak. Satu hal training ini mengingat saya bahwa saya tidak lah sendiri. Banyak orang telah berperan dalam hidup saya hingga menjadi diri saya yang sekarang.

Awalnya semua peserta diminta untuk merenungkan apa saja yang telah terjadi dalam hidup dan momentum apa yang telah membawa kami hingga berada di posisi yang sekarang kami tempati. Yang jelas apa yang telah merubah saya dari kecil hingga sekarang menjelang dewasa berada difakultas kedokteran dan menjalani hidup yang sekarang.


Tanpa saya sadari sebelumnya ternyata Allah telah mengutus banyak orang dalam hidup saya hingga saya menjadi diri saya yang sekarang dan berada di posisi yang saya tempati sekarang salah satunya menjadi mahasiswa kedokteran UNPAD. Dan jasa-jasa meraka lah yang membimbing saya hingga berada disini.

Kalau dihitung mungkin tak bisa saya ungkapkan satu per satu karena saking banyaknya orang yang telah berpengaruh dalam hidup saya. Tapi dari semua itu ketika saya runut lagi mulai mengeliminasi ternyata ada beberapa orang yang berperan sangat besar dalam momentum hidup saya. Orang yang telah dituntun oleh Allah untuk membimbing dan membantu mengarahkan saya.

Ibu selalu menempati posisi pertama dalam hati saya. Dengan kesusahan yang dialaminya selama mendidik kami saya belum pernah mendengar keluhan dari dirinya atas kesulitan itu. Ibu yang selalu berusaha untuk tersenyum walau saya yakin ada yang tertahan didalamnya.ibu yang sejak subuh sudah menyiapkan sarapan untuk ku sebelum berangkat ke sekolah. Ibu yang selalu mengkhawatir keadaan saya jika saya berada jauh darinya. Kesabarannya dalam merawat saya ketika badan dan tubuh ini sakit.ibu yang selalu menginginkan yang terbaik untuk kehidupan saya. Tangisan yang selalu ditahannya setiap saat melepas saya untuk berangkat ke perantauan untuk melanjutkan sekolah demi sebuah perubahan.

Ayah telah menjadi teladan dalam kehidupan saya. Ayah yang tidak pernah mengajarkan secara langsung tapi dia hanya akan mencontohkan dan memberikan teladan. Ayah yang selalu tersirat dari kalimat-kalimatnya menginginkan aku mejadi jauh lebih baik darinya dan dari generasinya yang tidak pernah memiliki kesempatan yang telah saya jalani sekarang. Lewat cerita-cerita masa kecilnya yang selalu mengingatkan saya akan arti susahnya hidup akan arti sebuah perjuangan akan arti sebuah masa depan akan arti sebuah usaha untuk perubahan akan arti kegigihan akan arti sebuah pengalaman. Semua dilakukannya hanya dengan harapan generasi penerusnya jauh lebih baik dari pada dirinya. Dia memang bukan yang terbaik tapi ayah akan selalu memberikan yang terbaik yang dia punya untuk saya. Ayah yang saya tahu dia sangat membanggakan saya ketika melihat hasil raport akhir semester saya. Ayah yang membuktikan pada saya lewat usahanya bahwa orang kecil pun juga bisa jika mendapat kesempatan yang sama.

Bapak epihardi guru SD saya. Selama belasan tahun dia mengabdikan dirinya hanya untuk mengajar di sebuah SD di daerah terpecil. Dari dia dan guru SD saya yang lain saya dapat melihat betapa besar arti sebuah pengabdian. Guru ini yang membuka dunia bagi saya yang dengan sabar dan teliti mengajarkan kami untuk bisa menulis dan membaca. Guru yang menjelaskan bahwa dengan tulisan dan bacaanlah yang bisa membuka pintu masa depan. Beliau yang menjelaskan bahwa huruf adalah kunci dunia dan akhirat. Guru SD yang juga mengabdikan dirinya untuk mengajarkan anak-anak masyarakat untuk bisa membaca al-qur’an. Saya tidak tahu jika Allah tidak menunjuk bapak ini untuk menjadi guru disana apakah saya bisa membaca al-quran sekarang atau tidak.Wallahu a’lam. Bapak ini yang memotivasi saya untuk memiliki cita-cita. Bapak ini yang memotivasi saya dan teman-teman SD saya yang lain untuk mau melanjutkan sekolah untuk mau keluar meninggalkan tanah perumahan untuk melanjutkan sekolah diluar sana. Itu semua karena SMP waktu itu belum ada dikampung kami. Berkat usaha dan kegigihannya juga membujuk para orangtua agar mau melepas dan membiayai anak-anak mereka untuk melanjutkan sekolah keluar.

Ricky effendi adalah salah sahabat paling dekat dengan saya waktu SMA. Tempat bagi saya untuk saling bercerita saling membicarakan masa depan. Saling memotivasi dan saling mengingatkan. Sahabat saya yang satu ini juga yang membangkitkan kembali semangat saya untuk menjadi seorang dokter. Sahabat yang membuat saya mengerti akan arti syukur bahwa tidak semua orang diberikan kesempatan yang sama oleh Allah. Sahabat yang mengingatkan saya untuk jangan pernah mengabaikan apalagi membuang kesempatan yang ada didepan mata.
Terakhir adalah mentor saya yaitu kang ayib dan juga kang kyan. Sedikit banyak mereka telah membuka pikiran saya untuk melihat potensi yang ada dan terpendam dalam diri saya. Mereka telah membantu mengarahkan kehidupan saya hingga saya semakin yakin akan kemampuan diri. Mereka telah mau membimbing saya hingga menjadi diri saya yang sekarang.

Sungguh saya menjadi manusia yang tidak pandai bersyukur jika saya menyia-nyiakan kesempatan ini. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan balasan pahala yang berlipat. Khusus untuk kedua orang tua saya ya Allah sayangilah mereka seperti mereka menyayangi saya.

Barokallah jazakallahu khairon khatsiron untuk semua yang telah berperan dalam kehidupan saya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar